Mohon tunggu...
Al ilham Rahman
Al ilham Rahman Mohon Tunggu... Seniman dan wiraswasta

Aktif menjual barang ATK, di sela waktu, saya menulis puisi, naskah teater, dan skenario film.

Selanjutnya

Tutup

Makassar

Prinsip Bertahan, Membawa Kebaikan

10 September 2025   19:00 Diperbarui: 8 September 2025   19:39 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaliknya, mereka yang tidak konsisten cenderung suka dan mudah berubah-ubah baik pada masalah prinsip, sikap, sifat, tindakan bahkan keputusannya. Konsisten merupakan salah satu kunci kesuksesan. Sifat konsisten dapat diaplikasikan atas kemampuan seseorang untuk bersabar dan bertahan demi apa yang menjadi cita-citanya. Saat seseorang berkemampuan untuk bersabar dan memiliki daya untuk bertahan sudah menjadi indikasi yang menunjukkan kesuksesan seseorang bisa diprediksi melalui kemampuannya tersebut.

Jika mencermati pesan PerrepperrengngE mala Deceng, pada dasarnya, sesungguhnya kita diharapkan untuk memiliki kemampuan untuk bersabar.  Kesabaran untuk tetap dan terus bertahan dalam kondisi apapun. sepahit dan serumit apapun itu. Mereka yang mampu bersabar dan bertahan adalah mereka yang dapat dipastikan bakal meraih apa yang mereka dicita-citakan.

Pesan PerrepperrengngE mala Deceng, selain disampaikan bagi mereka yang selalu mengeluh dan berputus asa dalam proses perjuangannya untuk mencapai keberhasilan, pesan ini juga acapkali disampaikan pada para Passompe (Bahasa Bugis: Perantau) sebelum berangkat meninggalkan kampung halamannya.

Pada kenyataannya,  jika ingin dikategorikan, perantau ada tiga jenis berdasarkan tingkat daya tahan di perantauan: pertama, perantau yang bertahan di perantauannya dan tetap ingat untuk sesekali kembali ke kampung halamannya untuk melepas rindu dan bersilaturrahmi dengan keluarga. kedua, perantau yang tidak bertahan (karena kondisi tertentu) di perantauannya dan dipastikan kembali pulang ke kampung halamannya meski kehadirannya di tanah rantau belum berapa lama. Ketiga, perantau yang sukses dan tidak lagi kembali ke kampung halamannya. Perantau jenis ketiga ini diprediksi karena ia telah berhasil memiliki tempat tinggal sendiri ataukah telah terikat tali pernikahan dan beranak-pinak di daerah rantaunya. Oleh sebab itu, orang-orang tua Bugis Makassar selalu memberi pesan ini sebagai bekal yang dapat dijadikan pegangan bagi anak-anak  mereka yang sudah cukup umur untuk berniat untuk meninggalkan kampung halaman dan memilih untuk pergi merantau ke daerah atau negeri orang. Pesan PerrepperrengngE mala Deceng merupakan prinsip yang telah merekat kuat dan sudah sangat diyakini oleh masyarakat Bugis Makassar. Bahwa untuk meraih kesuksesan, kebahagiaan, dan kebaikan salah satu kuncinya adalah perreng (bertahan). Seseorang harus memiliki daya tahan dalam menghadapi segala kondisi yang ada.

Bertahan yang dimaksud di sini memiliki batasan tertentu. Kapan saatnya untuk bertahan, tetap bertahan, atau berhenti untuk bertahan. Semua itu ditentukan oleh kekuatan mentalitas seseorang. Sejauhmana kemampuannya mengikuti suara hati nurani dan kekuatan keyakinannya. Sebab dipastikan akan selalu ada kondisi di mana hati nurani kita memberi sinyal yang meruntuhkan keyakinan kita untuk sampai pada sesuatu yang ingin kita capai. Pada kondisi inilah menjadi batas untuk berhenti bertahan. Jika dipaksakan secara berlebihan, tentu akan menjadi musibah atau malapetaka di penghujungnya. Tetapi ketika rasa keyakinan untuk mencapai tujuan lebih besar daripada keragu-raguan menghadapi segala tantangan, maka dianjurkan sebisa mungkin untuk terus bertahan.

Seseorang bertahan pada suatu kondisi, selain mentalitas, kemampuan untuk bertahan juga dipengaruhi oleh obsesi dan orientasi individunya. Obsesi individu yang kuat bahkan berlebihan dapat mendorong seseorang untuk tetap bertahan dalam suatu kondisi, suka atau tidak suka. Begitu pula dengan orientasi tiap individu sangat memotivasi seseorang untuk bertahan, tetap bertahan atau berhenti untuk bertahan.

Salah satu contoh dalam sebuah perusahaan: seorang karyawan  biasa yang ingin juga berada pada posisi yang sama dengan karyawan lain, sebagai manager divisi misalnya, ia akan tetap bertahan untuk mencapai posisi tersebut meskipun ia harus berhadapan dengan berbagai masalah: iklim kerja, interaksi antar karyawan, atau pun masalah gaji yang minim. Namun ada pula karyawan berorientasi pada penghasilan (baca: upah), tidak peduli soal jenjang jabatan di perusahaan tempat ia bekerja. Meskipun rumit, asal gaji memadai.

Obsesi dan orientasi tiap individu berbeda. Hal ini menjadi faktor  pembeda dari tingkat kemampuan individu untuk bertahan, tetap bertahan atau berhenti untuk bertahan dalam upaya mencapai kebaikan (kebahagian/kesuksesan).

Di kehidupan masyarakat Bugis Makassar, mereka yang cenderung bertahan (baca: tahan banting) dalam suatu perjuangan menghadapi berbagai rintangan adalah mereka yang memegang prinsip mapperreng (Bugis: bertahan). Prinsip inilah yang terkandung dalam pesan orang- orang dulu (Bugis Makassar), PerrepperengngE mala deceng.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun