Mohon tunggu...
Ali Hasan Siswanto
Ali Hasan Siswanto Mohon Tunggu... -

Pengamat politik dan penikmat Moralogi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

“Tuhan Membusuk”, Tabayyun atau Introspeksi Diri

2 September 2014   05:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:51 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masih ingat di benak, ketika sowan pada salah satu kiai di daerah tapal kuda. saya lontarkan pertanyaan, kiai, kenapa manusia gemar melakukan kekerasan, pejabat marak melakukan praktek korupsi?, jawab Kiai: karena mereka tidak menghayati nilai-nilai agama, jika mereka tidak menghayati nilai-nilai agama, maka mereka tidak memiliki konsep spiritual, dan jika mereka tidak memiliki spiritual, maka mereka tidak bertuhan. Saya timpali: sekalipun mereka beragama kiai? Jawab kiai: iya, mereka beragama hanya dipermukaan saja tapi tidak sampai pada hatinya.

Sedikit percakapan diatas memiliki kemiripan dengan tulisan “Tuhan Membusuk”  di spanduk ospek dari senat mahasiswa Fakultas Ushuludin dan Filsafat UIN Sunan Ampel 2014. Menanggapi tulisan ini tidak perlu menggunakan emosi sehingga tidak menemukan maksud dari tulisan tersebut. Capture “Tuhan Membusuk”bertebaran di media social dan diolah berdasarkan pemikirannya sendiri dengan berbasis asumsi dan prasangka semata. Kita sadar, bahwa pengertian yang berdasarkan pada prasangka dan asumsi hanyalah bagian kecil untuk memecah umat Islam semata. Dengan demikian, tabayyun menjadi tertutup oleh berbagai prasangka.

Kalimat di spanduk yang dibentangkan oleh panitia ospek dari senat mahasiswa Fakultas Ushuludin dan Filsafat UIN Sunan Ampel 2014 memiliki dua sisi sudut pandang yaitu tekstual-teologis dan kontekstual-morologis. Jika dilihat dari sudut pandang tekstual-teologis, maka kalimat tersebut seakan-akan bernada menghujat Tuhan dan mengingkari kehadiran Tuhan. Padahal kita tahu, ranah teologis tentang keberadaan Tuhan tidak perlu diperdebatkan, Karen aini akan memicu perpecahan tak berujung. Jika ini yang dijadikan dasar maka tidak heran hujatan datang bertubi-tubi pada panitia ospek senat mahasiswa, mulai dari penghinaan terhadap agama, penistaan pada agama dan bahkan tumbuhnya liberalisme di kampus ini. Tapi apakah iya, panitia ospek senat mahasiswa berpikir demikian?. Oleh karena itulah, tabayyun menjadi sangat penting dilakukan sebelum berandai-andai apalagi menghukumi orang lain dengan bahasa penghinaan dan penistaan agama.

Disisi lain kalimat tersebut dilihat dari konstektual-morologis yang melihat realitas manusia yang jauh dari praktek nilai ketuhanan. Konflik atas nama agama yang tak berkesudahan di timur tengah, saling bunuh dan menumpahkan darah dengan legalitas agama. Di Indonesia, maraknya orang-orang yang mengklaim dirinya paling sholeh dan senang mengkafirkan orang lain. Negara (kuasa) semena-mena kepada rakyatnya,yang kuat membungkam yang lemah. Korupsi dan kejahatan birokrasi menjadi prilaku sebagian pejabat kita. Keangkuhan diri mengatakan paling benar dan lainnya salah. Realitas ini adalah prilaku yang telah mengamputasi kekuasaan Tuhan. Prilaku inilah yang harus dirubah dengan cara menghadirkan kembali Tuhan dalam setiap prilakunya.

Merubah prilaku berarti merubah mental. Sebagian manusia memiliki mental rente, mental untung rugi. Semua prilaku yang dilakukan dihitung melalui hitungan matematis untung-rugi. Prilaku ini jauh dari nilai-nilai ketuhanan.

Berangkat dari dua sudut pandang diatas, penulis masih yakin bahwa panitia opspek membaca kalilmat “Tuhan Membusuh” memalui sudut pandang kedua. Free value sebagai dictum keilmuan memberikan kebebasan bereksrpresi selama berada dalam koridor keilmuan yang argumentativ. Oleh karena itu, sikap tabayyun berjamaah harus didahulukan daripada penghakiman berbasis asumsi dan prasangka, atau kita instrospeksi diri untuk melihat kembali yang kita lakukan semala ini, apakah kita termasuk orang yang senang kekerasan, hobi pengkafiran dan gemar dengan prilaku berbasis untung-rugi ATAU kita termasuk orang yang senang perdamaiaan, hobi kebersamaan dan gemar mengindahkan nilai-nilai ketuhanan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun