Pendidikan Indonesia kini belum menunjukkan wajah cerah. Banyak berita miris tentang pendidikan Indonesia. Jika dulu masalah pendidikan adalah sulitnya akses ke sekolah, kini lebih luas lagi.
Di sisi lain banyak perguruan tinggi melahirkan sarjana? Tapi kenapa Indonesia belum berubah menjadi status negara maju? Malah yang berkembang adalah jumlah penduduknya.
Lalu, kemana hasil ilmu yang dituntut tinggi-tinggi? Imam Syafi'i yang merupakan salah satu ulama terbesar dalam sejarah, mempelajari adab selama 16 tahun dan mempelajari ilmu selama 4 tahun. Tapi sejarah mencatat namanya men
Ilmu tidak hanya sekedar nilai sempurna, bukan pula sarana menjadi pegawai negara. Lebih dari itu, keberkahan ilmu yang harus didapat pertama. Tak sedikit, ilmu yang diajarkan pagi ini, siangnya sudah mulai lupa. Orang yang dengan pendidikannya mencapai gelar panjang di depan dan belakang namanya, mampu mengambil yang bukan haknya, bisa jadi ilmunya tak membawa keberkahan.
Ustadz Khalid Basalamah mengupas Kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin yang ditulis oleh Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisy, menjelaskan peran dan kewajiban pendidik dan pembimbing di antaranya:
1. Menyayangi muridnya seperti anak sendiri.
2. Tidak memberikan patokan harga atas ilmu yang diajarkan. Tetapi, hendaknya murid memberikan sedekah kepada gurunya, karena sedekah yang utama adalah terhadap orang alim (guru -pen). Seorang guru bisa mengentaskan banyak orang miskin.
3. Guru tidak berharap pujian dan balasan.
4. Ikhlas hanya mengharap ridho Allah.
5. Tidak memandang dirinya berjasa terhadap muridnya.Â
6. Menasehati jika menemukan akhlak yang buruk, tidak membiarkannya.