Penulis : Muhamad Alif Maulana_Mahasiswa Sastra Inggris _UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Langit Bogor tampak teduh ketika rombongan mahasiswa sastra inggris UIN Sunan Gunung Djati Bandung tiba di Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Hari itu, langkah mereka terasa istimewa bukan sekadar kunjungan, tetapi perjalanan untuk mengenal lebih dekat dunia kebahasaan dan penerjemahan dari sumbernya langsung.
"Wah tadi perasaan masih shubuh tiba tiba siang udah nyampe Bogor lagi" ucap salah seorang mahasiswa yang mengikuti praktikum ini, karena memang bandung Bogor tidak bisa disebut dekat secara jarak
Tak lama setelah sampainya di tempat, Kegiatan praktikum pun dibuka dengan sambutan hangat dari Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Bapak Iwa Musdayat. Dalam pengantarnya, beliau memperkenalkan lembaga yang dipimpinnya sebagai unit utama di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, dengan tugas mengembangkan, membina, melindungi, dan menginternasionalkan bahasa Indonesia.
“Bahasa Indonesia harus hadir di panggung dunia,” tegasnya. Ia juga memaparkan upaya internasionalisasi yang telah dilakukan melalui jalur pendidikan dan diplomasi luar negeri, termasuk kerja sama yang kini menjangkau 57 negara di seluruh dunia serta partisipasi aktif Indonesia di forum seperti sidang umum UNESCO.
Dari pihak kampus, Wakil Dekan III Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak Dadan Firdaus, menegaskan bahwa pemilihan Pusat Bahasa sebagai lokasi praktikum bukan kebetulan.
“Tempat ini dipilih dengan tujuan agar mahasiswa memahami lebih dalam dunia kebahasaan yang sangat erat kaitannya dengan mata kuliah Translation,” ujarnya. Ia juga berharap kerja sama dengan Pusat Bahasa bisa terus terjalin, terutama dalam penyediaan narasumber kebahasaan.
Meskipun mengakui tantangan yang dihadapi, beliau menekankan, “Meskipun berat, kami harus berupaya mengasah skill kami di tempat ini.”
Sambutan positif datang dari Aini Budiyanto, perwakilan Pusat Bahasa, yang menanggapi baik ajakan kerja sama tersebut. Ia bahkan membuka peluang program magang bagi mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang ingin memperluas pengalaman di bidang kebahasaan dan penerjemahan.
Usai sambutan, para mahasiswa mengikuti sesi inti: praktik penjurubahasaan di laboratorium penerjemahan. Di ruangan berlapis kaca itu, mereka dikenalkan dengan fungsi bilik penerjemah dan mencoba simulasi konferensi internasional, menerjemahkan pidato berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia secara real time.
Suasana menjadi seru sekaligus menegangkan. Para mahasiswa bergantian mencoba peran sebagai interpreter, mendengarkan, memahami, lalu menyampaikan kembali pesan dengan cepat dan akurat.
Pemateri menjelaskan, penjurubahasaan bukan sekadar memindahkan bahasa, tetapi mengungkap makna dan menjembatani komunikasi antarbudaya.
“Kalau mau jadi interpreter,” ujarnya sambil tertawa, “harus siap jadi tukang gosip profesional — karena tugasnya menyampaikan pesan secepat mungkin, tapi tetap benar!”
Dalam sesi itu, mahasiswa juga diperkenalkan pada berbagai jenis penjurubahasaan: konsekutif penuh, dialog, simultan, berbisik, simultan bergerak, hingga teks tulis. Dari sana mereka memahami, menjadi juru bahasa tak hanya soal kemampuan linguistik, tetapi juga ketajaman mendengar, ketenangan berpikir, dan kepekaan terhadap konteks.
Menjelang akhir kegiatan, wajah-wajah lelah namun puas tampak di antara peserta.
“Sebelum mulai sempat mikir bakal ngantuk praktikum nya tapi ternyata seru loh, nggak nyesel ikut” ujar salah satu mahasiswa
Praktikum ini bukan sekadar tugas mata kuliah semata tetapi akan menjadi pengalaman berharga yang membuka wawasan mahasiswa tentang dunia kebahasaan Indonesia sekaligus menguatkan tekad para mahasiswa sekalian untuk menjadi generasi penerus yang mampu menjembatani bahasa, budaya, dan dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI