Imam Al-Ghazali adalah salah satu tokoh besar dalam khazanah pemikiran Islam, terutama dalam hal pendidikan dan pembinaan akhlak. Pemikirannya tentang pendidikan Islam tidak hanya berfokus pada aspek intelektual semata, tetapi juga menyentuh aspek jiwa dan spiritualitas yang menjadi inti pembentukan karakter seorang insan. Ini adalah kontribusi terbesar Al-Ghazali terhadap pendidikan Islam, yang menurut saya sangat relevan diterapkan dalam konteks pendidikan modern saat ini.
Dalam karya monumentalnya, Ihya’ Ulumuddin, Al-Ghazali menekankan bahwa pendidikan adalah proses menyeluruh yang bertujuan membentuk insan kamil manusia sempurna yang memiliki keseimbangan antara ilmu, amal, dan akhlak mulia. Hal ini saya anggap sangat berbeda dengan pandangan pendidikan yang hanya melihat proses transfer ilmu pengetahuan saja. Al-Ghazali mengingatkan kita bahwa hati adalah pusat dari seluruh pengetahuan dan pengalaman manusia, sehingga hati yang murni atau hati yang bersih menjadi syarat utama untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Pendidikan tanpa pembinaan hati akan menimbulkan manusia yang tampak pandai di luar, tapi kosong nilai di dalamnya.
Menurut saya, konsep pendidikan Al-Ghazali yang menekankan pentingnya tazkiyah al-nafs (pembersihan jiwa) melalui pendidikan akhlak yang sangat penting untuk menjawab berbagai persoalan krisis karakter di dunia pendidikan masa kini. Di tengah derasnya arus globalisasi dan teknologi, tidak jarang generasi muda kehilangan arah nilai dan integritas moral. Di sinilah filosofi pendidikan Al-Ghazali menawarkan solusi, yakni memadukan pelajaran formal dengan pembinaan spiritual sehingga tercipta manusia yang tidak hanya cerdas secara kognitif tetapi juga berakhlak mulia dan spiritual tinggi.
Al-Ghazali juga memberikan metode pendidikan yang sangat inovatif dan humanistis, seperti konsep ta’lim al-qalb (pendidikan hati). Mengajarkan pentingnya interaksi kritis antara guru dan murid. Guru bukan sekadar penyampai ilmu, tetapi murabbi yang mendidik dengan kasih sayang dan menjadi teladan hidup. Hubungan yang harmonis ini, menurut saya, masih sangat jarang ditemukan di lingkungan pendidikan modern yang lebih menekankan standar administratif dan nilai akademik. Metode pembelajaran Al-Ghazali, termasuk uswah hasanah (keteladanan), tetap relevan untuk membangun karakter dan membina keimanan serta ketaqwaan.
Lebih jauh, Al-Ghazali memandang bahwa kurikulum pendidikan Islam bukan hanya berisi ilmu agama, tetapi juga ilmu dunia yang bermanfaat, selama keduanya dapat membangun keimanan dan akhlak mulia. Saya percaya ini adalah pesan penting agar pendidikan Islam tidak terjebak dalam kekakuan materi pelajaran, tapi mampu berkembang secara dinamis menyesuaikan kebutuhan zaman tanpa kehilangan jati dirinya.
Prinsip keseimbangan antara ilmu dan amal, pikiran dan hati, dunia dan akhirat yang dipelopori Al-Ghazali saya nilai sebagai fondasi pendidikan yang ideal. Pendidikan semacam ini akan melahirkan manusia tidak hanya pintar, tetapi juga bijak, tidak hanya sukses secara dunia, tetapi juga mulia di sisi Tuhan. Di era modern yang penuh tantangan saat ini, pemikiran Al-Ghazali menghadirkan kerangka pendidikan yang mampu membentuk pribadi generasi yang siap menghadapi segala perubahan dengan landasan etika dan spiritual kuat.
Saya meyakini bahwa implementasi filosofi pendidikan Imam Al-Ghazali sangat diperlukan dalam sistem pendidikan saat ini, khususnya pendidikan karakter yang tengah menjadi fokus utama di banyak negara termasuk Indonesia. Dengan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Ihya’ Ulumuddin, pendidikan dapat menjadi alat transformasi sosial yang menciptakan masyarakat yang beradab, harmonis, dan berdaya saing global.
Kesimpulannya, pemikiran pendidikan Islam Al-Ghazali menyajikan visi pendidikan yang sangat komprehensif dan abadi. Pendidikan bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi pembenahan hati, pembentukan akhlak, dan pencapaian keseimbangan hidup. Ini adalah warisan mulia yang terus relevan dan memberikan solusi atas tantangan pendidikan masa kini agar mampu membentuk insan paripurna dalam arti sesungguhnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI