Mohon tunggu...
Alifah Salma
Alifah Salma Mohon Tunggu... Lainnya - La tahzan

Life takes courage

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Petir yang Bergemuruh

11 November 2020   21:39 Diperbarui: 13 November 2020   14:34 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Jawa tengah, Magelang.

     "Mpah cepet pulang ya, nenek kangen." Ucap nenek melalui telepon. Aku berada di rumah kedua orangtua Bapak, di Magelang. Pada saat itu, aku berumur satu setengah tahun dan aku tinggal di Magelang selama 3 bulan. Tetapi, ketika menginjak bulan ketiga, nenek sudah menyuruh aku dan kedua orangtuaku untuk pulang. Selama di Magelang, nenek sering menangis karena merindukan anaknya yaitu ibu. Dan juga aku, cucunya.

^_^

Bandung Barat, Padalarang

     Kami pun telah tiba di rumah nenek. Nenek dan kakek sangat bahagia sekali melihat kepulangan anaknya dan cucunya. Karena dapat kembali tinggal di rumahnya. Nenek mengungkapkan segala kerinduannya kepadaku. Kemudian, menceritakan segala yang terjadi ketika aku berada di Jawa. Nenek melihatku dengan wajah sangat bersedih, karena aku terlihat sangat kurus setelah pulang dari Jawa. Sejak saat itu, nenek tidak memperbolehkan anaknya dan cucunya untuk ke Jawa lagi.

      Selama aku tinggal bersama nenek. Aku sering disuapai makan oleh nenek, digendong, bahkan juga aku sering diajak untuk pergi mengaji bersama nenek untuk menemaninya. Aku sudah menganggap nenek sebagai ibu, nenek sangat sangat menyayangi aku. Dan setelah itu, aku pun menjadi gemuk kembali. Bahkan, aku tidak bisa untuk jongkok terlalu lama.

     Ketika aku ingin jajan, dan aku meminta uang kepada ibuku. Jika tidak diberi, aku akan langsung meminta pada nenek dan pasti langsung diberi. Ibu sering berbicara pada nenek untuk tidak selalu memberi aku uang ataupun memanjakan aku. Tapi, nenek tetap membela aku dan tetap memanjakan aku.

^_^

     Ketika umurku 3 tahun, aku mempunyai adik perempuan. Adik perempuanku diberi nama Nazwa. Dan ketika saat itu, semua sibuk dengan kelahiran Nazwa. Sehingga aku pun diabaikan untuk beberapa saat. Akhirnya, aku pun diurus oleh nenek dan kakek. Dimulai dari aku mandi, makan, dan lain sebagainya. 

     Seiring dengan berjalannya waktu. Nazwa pun telah tumbuh besar. Dan aku kembali mempunyai adik yang berjenis kelamin laki-laki. Aku sangat menyukai adik laki-lakiku, karena dia memiliki pipi dan badan yang besar. Aku sering sekali menyubit pipinya dan mengajaknya bermain. Dan juga aku sering diam-diam mengambil makanan bayi adik laki-lakiku. Karena rasanya manis serta enak untuk dijadikan cemilan. Tapi sering pula aku dimarahi oleh ibu karena terus memakan makanan adik laki-lakiku.

     Aku, Nazwa, dan kakek sering berlomba membersihkan karpet ruang keluarga. Rambut keluargaku mudah sekali rontok. Oleh karena itu, pada karpet ruang keluarga sering sekali banyak rambut rontok sehabis menyisir. "Yang paling banyak dapetin rambut, kakek kasih uang!" Ucap kakek dengan semangat. Aku dan Nazwa pun semangat untuk mengambil rambut-rambut pada karpet. Setelah karpet bersih, kakek pun melihat siapakah yang paling banyak mengambil rambut. Tetapi yang pada akhirnya aku dan Nazwa pun diberi uang yang sama besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun