Sore itu, aku di tepian kota.
Duduk sendiri, tak ada siapa.
Ditemani secangkir robusta, entah pahit atau manis yang kurasa.
Tapi yang jelas aku tahu, pahit dan manis itu bercampur dalam segelas kehangatan, rasa yang pasti.
Gerimis mulai reda. Tapi isi kepala ini tak kunjung sirna.
Mana mungkin aku lupa, mari sejenak kembali ke tiga tahun silam.
Hari itu, di sebuah pelosok desa. Gedung lantai tiga. Tempat kita pernah bersama.
Hari pertama aku melihatmu.
Wajahmu cerah, bagai purnama yang indah nian.Â
Aku berbisik dalam diam. Siapa dia?.
Banyak hal telah terjadi. Tapi banyak pula hal yang semakin aku tak tahu pasti.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!