Mohon tunggu...
Alief El_Ichwan
Alief El_Ichwan Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis

mantan wartawanI Penulis LepasI Menulis artikel-cerpen-puisi-perjalan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Sebagai "Lutung Kasarung"

18 Mei 2017   08:56 Diperbarui: 18 Mei 2017   09:07 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam “Hari Buku Nasional” kemarin (17/5), di halaman Istana Negara Jakarta, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendongengkan “Lutung Kasarung” dihadapan puluhan anak-anak. Mengapa yang dipilih cerita rakyat dari tatar Sunda? Bukan dari daerah lain? Padahal Dongeng “Sangkuriang”  lebih popular. Terlebih cerita ini, menyangkut sasakala (asal-usul) dari  Gunung Tangkuban Perahu. Begitu juga dengan dongeng “Nyi Endit”, legenda hadirnya situ (danau) Bagendit di kawasan Garut.

Begitu juga dongeng lain yang dikenal, “Malin Kundang” dari Minang, Sumatera Barat. Atau cerita “Roro Jongrang” dari Jawa. Atau bukan cerita-cerita lainnya, seperti “Timun Mas”, “Batu Nong” (Sumbawa) serta cerita lainnya. Nusantara ini, begitu kaya dengan khasanah cerita rakyat.

Tentunya, Jokowi memilih cerita ini, bukan sekedar ada cerita. Bukan sekedar mendongeng. Juga bukan hanya muatan pesan dan moralnya semata yang ingin disampaikan. Cerita “Lutung Kasarung” sendiri adalah perebutan tahta kerajaan antara kakak beradik. Yaitu Purba Larang yang digambarkan jahat, ambisius, iri, serakah dan malas. Sementara adiknya, Purbasari, kebalikannya. “Dia baik hati, jujur, suka menolong, rajin belajar dan rajin bekerja,” kata presiden Jokowi di hadapan anak-anak.

Purba Larang yang merasa tersaingi, dia menyewa tukang tenung agar mencelakakan Purba Sari dengan cara membuat jelek wajahnya serta penyakitan. Akibatnya, Purba Sari dibuang ke hutan dan disanalah bertemu dengan Lutung Kasarung. Namun dari pertemuan inilah, mantra tenung hilang ketika Lutung Kasarung mengajak Purba Larang mandi di sebuah telaga.

Mendengar kabar itu, Purba Larang menantang untuk menemukan calon suami yang lebih tampan. Tentu saja Purbasari kebingungan, karena dia hanya memiliki Lutung Kasarung yang jelek rupa.

Namun tanpa dikira, Lutung Kasarung adalah penjelmaan seorang pangeran tampan. Semuanya berakhir dengan happy ending. Keduanya rukun saling memaafkan dan kembali ke istana bertemu dengan ayah mereka, Prabu Tapa Agung.

Setelah mendongeng, Jokowi berpesan, “Jadi anak-anak kalau mengejar cita-cita itu harus bekerja keras, rajin belajar, dan jangan seang curang. Jangan menghina orang lain, menjelek-jelekan orang lain adan menjelek-jelekan teman. Tidak boleh. Kita harus suka menolong teman.”

Jelas, dari pesan ini, bukan hanya ditujukan pada anak-anak. Tapi pada seluruh komponen bangsa. Pesan ini, tidak jauh berbeda seperti sehari sebelumnya, ketika Jokowi bertemu dengan tokoh lintas agama. Sebagai Presiden, sebagai kepala negara, dia ingin meredam gejolak yang sedang berlangsung.

Jokowi meminta agar gesekan-gesekan antar kelompok masyarakat yang terjadi belakangan terakhir segera dihentikan. “Masyarakat tidak saling menghujat, menjelek-jelekan sesame, maupun saling memfitnah,” ungkapnya.

Meski ketika dicalonkan, bahkan sampai sekarang setelah menjadi orang nomor satu negeri ini, Jokowi kenyang dengan berbagai hujatan, berbagai tuduhan, fitnah, bahkan ejekan yang menyasar penampilan dirinya. Terutama di jejaring sosial dengan menampilkan meme yang tak senonoh. Bagaimana pun Jokowi adalah Kepala Negara Indonesia.

Siapapun mengakui, postur Jokowi bukanlah pas untuk seorang kepala negara. Tubuhnya yang kurus, wajahnya yang ndeso dan njawa. Tapi inilah, gambaran yang dipapandekeun(diibaratkan) pada cerita “Lutung Kasarung”; yang didongengkannya.

Lutung merupakan primata asli Indonesia. Yang masih berkerabat dengan monyet atau kera. Warnanya hitam legam tak menarik. Sangat jarang orang memelihara lutung. Bahkan ada anggapan orang memelihara lutung, dia sedang mencari kekayaan lewat pesugihan.

Dongeng Lutung Kasarung oleh Jokowi, dihadapan anak-anak diartikan sebagai “Kera yang tersesat”. Lema “kasarung” berasal dari kata “sarung”. Yaitu kain panjang yang dijahit pada kedua tepinya sehingga membentuk silinder. Konon,, sarung berasal dari Yaman, dan masuk ke kawasan Nusantara diduga bersamaan dengan masuknya Islam.yang biasa digunakan untuk salat.

Namun sarung juga bisa digunakan untuk selimut. Bahkan ada istilah “Kaum sarungan”, yang biasa ditujukan pada para santri sehingga dijadikan identitas. Trade mark-nya. Bahkan pada masa sebelum kemerdekaan, bila salat dengan memakai celana panjang dianggap kurang afdhal, bahkan dituduh kafir, karena, celana panjang diidentikkan dengan busana penjajah.

Jokowi seperti Lutung Kasarung yang tersesat. Sebagai pimpinan Kota Solo, dia tersesat ke Jakarta, Ibukotanya negeri Indonesia yang diibaratkan lebih kejam dari ibu tiri. Kenyataan ini, dapat kita saksikan ketika Pilkada yang telah berakhir.

Bahkan Jokowi sebelum menyelesaikan jabatannya sebagai gubernur Jakarta, tersesat pada pusaran pemilihan Presiden. Dan, siapa mengira menang! Inilah pilihan dongeng “Lutung Kasarung” yang diceritakan. Jokowi mengartikan dialah sebagai Lutung berbulu hitam, jelek rupa yang menjelma menjadi pangeran yang tampan.

Terkait ini, dapat dibuktikan: bahwa sesuatu yang dipakainya mulai dari jaket, sarung, sandal sampai sarung menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang dikenakannya akan menyebabkan orang lain latah untuk mengenakannya.

Sebagai presiden dengan jargonnya: kerja, kerja, kerja!Tak hanya sebatas kata-kata, tapi telah dilakukan. Proyek-proyek yang diprogramkan tak hanya ditinjau dan diresmikan. Namun bolak-balik disambangi sampai dimana pengerjaannya. Dia tak ingin ada yang mangkrak. Bahkan yang terbengkalaipun pada pemeritahan presiden sebelumnya, segera diselesaikan.

Sebenarnya, lewat cerita “Lutung Kasarung”  Jokowi ingin memberi menekankan pesannya: semua rukun membangun Indonesia. Seperti Purba Larang dan Purba Sari yang kembali hidup rukun.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun