Segelas teh hangat menemaniku malam ini. Aku sedikit merasa merinding, mengingat ucapan dari seorang lelaki tua yang ingin menyeberang jalan sore tadi. Ia sempat memandangku dengan tatapan kosong. Perkataannya semakin menambah suasana di rumahku menjadi sedikit menyeramkan. Mana malam ini, aku harus tidur sendirian lagi.
Semakin sepi kurasakan serta penuh misteri sepertinya malam ini. Ah, mungkin itu hanya perasaanku saja. Aku membuka sedikit tirai jendela kamarku, dan aku melihat ke luar. Hujan turun cukup deras dan hembusan angin pun begitu kencang.
Tiba-tiba lampu kamarku padam. Aku segera mengambil alat penerang, lampu emergency yang selalu aku letakkan di samping meja belajarku. Suasana pun semakin mencekam saat aku mendengar suara jeritan seseorang. Aku semakin takut, ingin melihat ke luar, suara siapa yang menjerit tadi.Â
Hujan mulai reda, perasaan takutku sedikit demi sedikit menjadi berkurang. Aku masih penasaran dengan suara jeritan yang muncul di saat lampu padam tadi. Aku menghidupkan kembali lampu kamar yang beberapa jam sebelumnya mati akibat pemadaman listrik. Sesaat setelah aku melihat ke arah pintu, seperti ada suara merintih. Suara itu datang dan kadang menghilang.
Aku mencoba untuk memberanikan diri melihat ke luar halaman rumah. Pelan-pelan aku melangkah menuju arah suara itu. Sepertinya  suara itu berasal dari arah pohon besar dekat makam di depan rumah. Aku semakin penasaran untuk mengetahui suara misteri itu.
Setelah aku menelusuri asal suara jeritan dan memastikan siapa pemilik suara misteri itu, aku segera masuk menutup pintu rumah lalu kembali ke kamar. Aku merasakan malam ini suasana di rumah memang sangat berbeda dari malam-malam sebelumnya. Perbedaan suasana malam ini juga, tidak terlepas dari lelaki misterius yang aku hantarkan menyeberang sore itu.
Pagi pun menjelang, aku segera mempersiapkan sarapan pagi sebelum berangkat bekerja. Setelah sarapan pagi, aku langsung menuju ke kantor mengendarai sepeda motor. Aku hanya sedikit bingung, hari ini tampak suasana di sekeliling tempatku bekerja sepi dan hening. Apakah ini menandakan firasat buruk, ataukah pertanda ada sesuatu yang harus aku selesaikan.
Benar saja firasatku, ternyata ada sesuatu yang terjadi dengan lelaki tua misterius itu. Aku harus mencari tahu, apa yang telah terjadi dengan lelaki tua yang ku antar menyeberang kemarin. Aku mendapat kabar jika lelaki tua misterius itu telah meninggal dunia. Ia meninggal dunia karena dibunuh. Pembunuhan terhadap lelaki tua misterius itu, belum dapat terungkap hingga korban dimakamkan.
Mengapa ada yang tega membunuh lelaki tua itu? Aku semakin penasaran atas peristiwa yang dialami lelaki tua misterius itu. Tentu saja, aku tidak ingin kasus pembunuhan lelaki tua misterius itu sampai tidak terungkap. Lagi pula, jasad lelaki tua misterius itu dimakamkan tepat di depan lahan pemakaman tua di depan rumahku.
Semakin lama rasa penasaranku selama ini terhadap suara jeritan kemarin malam, semakin jelas ternyata suara jeritan itu adalah suara lelaki tua misterius. Aku pun seperti merasa bersalah, mengapa tidak bergerak cepat menolong lelaki tua misterius itu yang telah menjadi korban pembunuhan. Pembunuhan itu dianggap sangat sadis dan tidak berperikemanusiaan.
Aku hanya berharap lelaki tua misterius itu, mendapatkan ampunan dan diberikan tempat mulia di sisi Sang Khalik. Lelaki tua misterius itu menjadi korban pembunuhan karena telah mengorbankan dirinya membela seorang perempuan yang akan dirampok. Saat itu, ia mendapat tusukan pada bagian dadanya sehingga mengalami pendarahan dan nyawanya tidak dapat tertolong. Kini lelaki tua misterius itu, telah menjadi penghuni makam tua yang tepat berada di depan rumahku. Makam tua yang menjadi tempat peristirahatan lelaki tua misterius itu untuk selama-lamanya.
(Ali Kusas)