PROBOLINGGO - Peredaran minuman keras (miras) di wilayah Kraksaan dan sekitarnya kian tak terkendali. Fenomena ini menjadi perhatian serius pengamat kebijakan publik, Habib Mustofa atau yang biasa disapa Yek Mus. Ia menegaskan bahwa situasi ini bukan sekadar permasalahan sosial, melainkan sudah masuk kategori bencana luar biasa yang mengancam mental dan moral generasi muda di Kraksaan.
"Kota Kraksaan ini dikenal sebagai kota santri, dikelilingi ratusan pesantren dan dihuni ribuan santri. Tapi ironisnya, peredaran miras justru semakin marak. Ini sangat memprihatinkan! Jika dibiarkan, mental generasi muda akan rusak," tegasnya, Kamis (20/3).
Menurut Yek Mus, penggunaan miras dan zat adiktif lainnya akan merusak akhlak dan masa depan anak-anak muda di Kraksaan. Bahkan, saat ini peredarannya diduga telah masuk ke lingkungan sekolah. Jika tidak ada tindakan tegas, masa depan generasi muda di kota santri ini berada dalam ancaman serius.
Momentum Ramadhan, Pemberantasan Miras Harus Menjadi Prioritas
Seiring datangnya bulan suci Ramadhan, Yek Mus meminta semua pihak, mulai dari aparat penegak hukum hingga pemangku kebijakan, untuk segera menindak tegas para pelaku peredaran miras. Ia menekankan bahwa Ramadan seharusnya menjadi momentum untuk membersihkan kota dari perbuatan maksiat.
"Saya meminta Bupati, Wakil Bupati, dan Ketua DPRD Kabupaten Probolinggo segera bersinergi untuk memberantas peredaran miras ini. Jangan biarkan generasi muda kita diracuni oleh barang haram. Ini bukan hanya tanggung jawab kepolisian, tetapi tugas kita bersama!" ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa Gus Haris dan Lora Fahmi Bupati dan Wakil Bupati saat ini adalah dari kalangan pesantren yang memiliki pemahaman agama kuat. Oleh karena itu, sudah sepatutnya mereka memimpin gerakan untuk menjadikan Kraksaan bebas miras dan narkoba.
Tak Akan Berhenti Menyuarakan Pemberantasan Miras
Yek Mus menegaskan bahwa dirinya tidak akan diam dan siap menyuarakan persoalan ini hingga tuntas, meskipun harus menghadapi berbagai risiko. Menurutnya, diam terhadap peredaran miras berarti membiarkan kehancuran generasi muda terjadi begitu saja.
"Saya tidak akan berhenti! Ini bukan sekadar soal hukum, tapi juga soal moral dan agama. Jika saya diam, saya ikut berdosa," tandasnya.
Dirinya juga meminta masyarakat agar aktif melaporkan peredaran miras yang masih terjadi di sekitar mereka. Menurutnya, dukungan dari seluruh elemen masyarakat sangat diperlukan agar pemberantasan miras bisa berjalan efektif.
"Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi? Ini tanggung jawab kita bersama!" pungkasnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI