Mohon tunggu...
ALI AKBAR HARAHAP
ALI AKBAR HARAHAP Mohon Tunggu... Kader HMI

Buat video youtube

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadikan Takwa Sebagai Asas Hidup: Jalan Menuju Peradaban yang Bermoral

15 Oktober 2025   11:09 Diperbarui: 15 Oktober 2025   11:09 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Asas Hidup Takwa: Fondasi Moral bagi Peradaban yang Beradab

Oleh:

Ali Akbar Harahap, S.Kom., M.Sos
Lead:
Di tengah arus kehidupan modern yang sarat persaingan dan pragmatisme, nilai-nilai spiritual sering kali tereduksi menjadi formalitas. Padahal, kemajuan sejati suatu bangsa tidak diukur dari tinggi gedung atau canggihnya teknologi, melainkan dari kedalaman moral warganya. Dalam konteks inilah, takwa bukan sekadar ajaran agama, melainkan asas hidup yang menjaga keseimbangan antara jasmani, akal, dan ruhani manusia.

Pembahasan dan Analisis Ilmiah:
Secara bahasa, kata takwa berasal dari akar kata waq--yaq yang berarti menjaga, melindungi, atau menghindarkan diri. Dalam konteks Al-Qur'an, takwa dimaknai sebagai sikap batin yang sadar akan kehadiran Tuhan dalam setiap dimensi kehidupan. Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat [49]:13:
"Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa."
Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, takwa tidak berhenti pada rasa takut kepada Allah, tetapi merupakan "kesadaran moral yang melahirkan kebaikan dalam tindakan." Dengan kata lain, takwa adalah energi etis yang menuntun manusia untuk menunaikan tanggung jawab sosial dan spiritual secara seimbang.

Sementara itu, Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menegaskan bahwa hakikat takwa bukan hanya menjauhi larangan Allah, tetapi juga menjauhkan hati dari segala sesuatu yang dapat menghalangi kedekatan dengan-Nya. Ia menulis, "Takwa sejati adalah kesucian hati dari segala bentuk nafsu dan syahwat yang menggelapkan nur akal."

Dalam perspektif pemikiran modern, Fazlur Rahman (dalam Islam and Modernity, 1982) menafsirkan takwa sebagai prinsip dinamis yang mendorong manusia untuk aktif menciptakan keadilan sosial. Ia menolak pandangan bahwa takwa hanya bersifat pasif atau individual. Bagi Rahman, orang bertakwa adalah mereka yang menghadirkan nilai ketuhanan ke dalam tatanan sosial dan 

politik - mewujudkan etika Qur'ani dalam realitas dunia.

Analisis Filsafati dan Sosial:

Secara filsafati, takwa dapat disejajarkan dengan konsep moral autonomy Kantian, di mana manusia bertindak bukan karena tekanan eksternal, tetapi karena kesadaran moral internal. Bedanya, dalam Islam sumber moral bukanlah akal semata, melainkan kesadaran transendental bahwa manusia hidup di bawah pengawasan Ilahi.

Dalam konteks komunikasi sosial, asas takwa menjadi "filter batin" di era digital. Orang yang hidup dengan takwa tidak akan mudah menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, atau fitnah, karena ia memahami setiap kata adalah amanah. Takwa mengajarkan etika berucap dan berpikir yang konstruktif, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Ahzab [33]:70:

 "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun