5. Konflik Nilai
Sekuler vs Religius:
Syariat berbasis nilai moral agama, sementara masyarakat modern menekankan rasionalitas sekuler (Casanova, 1994).
Individualisme vs Kolektivisme:
Konflik antara kebebasan personal dan norma sosial kolektif menjadi sumber antipati terhadap syariat.
Kesimpulan
1. Penolakan terhadap syariat bersifat multidimensional: politik, sosial, psikologis, budaya, dan media.
2. Resistensi muncul karena konflik nilai antara modernitas/liberalisme dan norma agama.
3. Pemahaman ilmiah penting agar penolakan tidak hanya dilihat sebagai antipati religius, tetapi sebagai fenomena sosial-politik kompleks.
4. Dalam konteks masyarakat plural, terdapat ruang bagi harmonisasi antara prinsip syariat dan nilai-nilai universal, membangun jembatan antara agama Islam dan komunitas lain.
Referensi