Orang Tolol Berguna: Ironi dalam Kehidupan Sosial dan Politik
Istilah "orang tolol berguna" terdengar kasar, tetapi dalam kajian sosial politik, istilah ini merujuk pada fenomena manusia yang dimanfaatkan tanpa ia sadari. Mereka bukan orang jahat, bahkan sering polos dan lugu, tetapi ketidakmampuannya berpikir kritis membuatnya mudah diarahkan, diprovokasi, bahkan diperalat untuk kepentingan tertentu.
Fenomena ini bukan sekadar masalah individu, tetapi juga menyentuh ruang publik, media, hingga politik. Lalu, mengapa orang yang dianggap "tolol" justru bisa berguna bagi pihak lain?
Definisi "Orang Tolol Berguna"
Dalam literatur politik dikenal istilah "useful idiot", yakni orang yang tanpa sadar menjadi alat propaganda atau pendukung sebuah agenda yang sebenarnya merugikan dirinya sendiri.
Mereka tidak sadar bahwa tindakannya dipandu oleh pihak yang lebih pandai memanfaatkan emosi, ketidaktahuan, atau kesetiaan buta. Inilah yang menjadikan mereka berguna, meski sebenarnya merugikan diri sendiri dan masyarakat.
Ciri-Ciri "Orang Tolol Berguna"
Mudah percaya informasi tanpa verifikasi
Fanatik buta terhadap kelompok atau tokoh tertentu
Menolak berpikir kritis dan reflektif
Menjadi corong propaganda tanpa disadari
Merasa sedang berjuang, padahal hanya diperalat
Peran dalam Masyarakat
Dalam kehidupan sosial, orang tolol berguna sering hadir di:
Media sosial  menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, atau kampanye politik tanpa memahami substansi.
Dunia politik menjadi massa bayaran dalam aksi atau kampanye, bahkan gerakan radikal.
Lingkungan sehari hari ikut memusuhi seseorang atau kelompok hanya karena ikut arus.
Ironinya, tanpa mereka, propaganda tidak akan berjalan seefektif itu.
Mengapa Mereka "Berguna"?
Jumlah yang banyak semakin besar massa yang mau ikut tanpa berpikir, semakin kuat pengaruh sebuah narasi.
Mudah diarahkan  mereka percaya slogan, simbol, atau tokoh tanpa analisa.
Pelindung aktor utama elite atau kelompok tertentu bisa bersembunyi di balik kerumunan yang loyal.
Contoh Sejarah dan Politik
Sepanjang sejarah, baik kapitalisme, komunisme, maupun fasisme, selalu memanfaatkan "orang tolol berguna" untuk memperbesar pengaruh.
Di Indonesia, fenomena ini terlihat dalam politik identitas, polarisasi sosial, dan arus informasi di media sosial. Banyak orang terjebak menjadi corong isu tanpa menyadari dirinya sedang diperalat.
Cara Agar Tidak Menjadi "Orang Tolol Berguna"
Tingkatkan literasi: rajin membaca dari sumber terpercaya.
Berpikir kritis: jangan langsung percaya, tanyakan ulang kebenaran sebuah klaim.
Berani berbeda: jangan ikut arus jika tidak sesuai logika dan nurani.
Pahami kepentingan: tanyakan selalu, siapa yang paling diuntungkan dari sebuah isu.
Kesimpulan
Fenomena "orang tolol berguna" adalah ironi sosial. Mereka tampak aktif, vokal, bahkan militan, tetapi sesungguhnya hanya pion dalam permainan yang lebih besar.
Pendidikan, literasi, dan kesadaran kritis adalah kunci agar seseorang tidak terjerumus menjadi sekadar alat. Dengan bekal tersebut, masyarakat bisa lebih bijak, bebas dari manipulasi, dan tidak mudah diperalat oleh kepentingan tertentu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI