Mohon tunggu...
Foz Al Ghozali
Foz Al Ghozali Mohon Tunggu... Lainnya - kelopak Tulis

Baca, Tulis menulis isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Warisan Budaya Ambengan sebagai Budaya Turun Temurun yang Berhasil Dilestarikan Masyarakat Desa Canga'an Ujung Pangkah

7 Maret 2023   13:26 Diperbarui: 7 Maret 2023   13:30 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ambeng merupakan salah satu budaya yang ada dan masih berjalan sampai saat ini dilingkungan masyarakat kami, warga setempat berbondong-bondong menuju tempat ibadah  dengan membawa sedekah, dengan suka rela mereka menyumbangkan makanan ataupun jajanan semampunya untuk orang lain saat ambengan.

Ambeng adalah nasi putih beralaskan daun pisang ditempatkan dalam wadah dengan berisikan berbagai macam lauk pauk ataupun sayuran, ambengan merupakan gambaran dari bumi (tanah) sebagai tempat hidup dan kehidupan semua makhluk ciptaan Tuhan, ambeng sendiri dilakukan dihari-hari tertentu seperti, menjelang hari raya, lahirnya nabi atau menyambut hari-hari bersejarah lainya, serangkaian acara ambeng sebelum semua makanan di hidangkan bersama tentunya ada tahlilan, pencerahan, sholawat nabi dan tak lupa di tutup do’a dengan tujuan utama bersyukur atas segala nikmat-Nya dan mengaharap ridho serta keberkahan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Ambengan merupakan kearifan lokal masyarakat Jawa yang sejak dulu ada dan harus dilestarikan karena tradisi atau budaya apapun jika tidak dijaga dan dilestarikan tentunya akan hilang dengan sendirinya tergerus zaman.

Ambeng merupakan salah satu kebahagiaan tersendiri b agi masyarakat di desa kami khususnya anak kecil dan pemuda desa, karena dengan adanya ambeng mereka semua dapat berkumpul saling canda tawa dan bertukar cerita, ambeng memiliki banyak nilai dan karakter luhur yang sangat tinggi, seperti halnya. Masyarakat Jawa terkenal sebagai masyarakat yang religius sehingga diadakanya budaya-budaya atau tradisi seperti ini untuk mendoakan para leluhur. Doa merupakan unsur penting dalam ambeng tersebut. Masyarakat jawa sadar dan paham betul setiap manusia tentunya akan kembali pada Tuhan yang maha Esa. Masyarakat kami mempunyai kesadaran akan kewajibanya dalam melakukan pengabdian dan persembahan kepada-Nya.

Sikap rukun dan gotong royong telah menjadi ciri khas dari masyarakat Jawa, tentuya menjadi hal yang lumrah bagi warga desa, semua mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi, jauh dari rasa saling bermusuhan, saling tolong menolong dalam kebaikan itu semua menjadi kebutuhan sosial masyarakat.seperti halnya budaya ambeng ini dijiwai oleh rasa kebersamaan yang kuat, dilaksanakan seluruh lapisan masyarakat yang ada, oleh karenanya ambengan merupakan salah satu perwujudan dari laku rukun masyarakat kami.

Ambengan hakekatnya adalah suatu bentuk perwujudan rasa bersyukur, di satu tempat diadakanya ambeng semua orang menjadi satu tidak ada perbedaan atas nama persaudaraan disinilah semua mengerti arti menghormati perbedaan. Dalam ambengan rasa syukur itu harus diwujudkan dengan sinergi bersama yang begitu kuat dan rukun. Itulah nantiya yang akan mendatangkan keridhoan Tuhan dalam masyarakat, yang selanjutnya membawa kebaikan dan kemaslahatan bagi kami.

Budaya masyarakat jawa dalam segala dimensinya sangat lekat dengan simbolisasi. Setiap benda ataupun kejadian pasti menyimpan banyak makna mendalam sebagai nilai dan kearifan kehidupan seperti halnya salah satu warisan budaya leluhur ini yakni Ambeng. Semua rangkaian ambeng yang saya dapat lihat adalah salah satunya kesederhanaan, baik dari awal sampai akhir. 

Pemahaman saya, mungkin prisip orang jawa atau leluhur kami hanya, “Jika kesederhanaan mampu membeli kebersamaan tanpa menghilangkan keberagaman yang ada mengapa harus mahal.” Mungkin itu yang saya dapat dari mengamati budaya atau tradisi ambeng tersebut.     

            Nilai religius, nilai syukur, nilai gotong royong, dan nilai saling menghormati (pluralisme), semua nilai tersebut terkandung dalam diadaknya warisan budaya tersebut, sehingga saya tidak heran jika masih dan harus dilestarikan oleh masyarakat Jawa. Hampir semua warisan dari leluhur yang telah diperbaiki pelaksanaanya oleh para penyebar agama khususnya Walisongo semua mengandung nilai-nilai yang begitu bermakna dan bermanfaat tentunya.

            Adanya ambeng tidak luput dari peranan para penyebar agama, tradisi ini mungkin sejak dulu sudah ada yang kemudian rangkaian acaranya diperbaiki oleh para Walisongo dan dijaga, dilestarikan hingga saat ini, tidak sedikit budaya-budaya lain yang mulai luntur dan hilang begitu saja. Dalam semua rangkaian dan sajian yang diadakan atau diberikan saat ambeng semua merupakan simbolis-simbolis yang ada dan mengandung banyak nilai, makna tertentu yang telah sengaja dikandungan didalamnya oleh para leluhur, serta penyebar agama.

            Kesimpulan yang dapat saya ambil dari artikel yang saya buat, bahwa ambeng adalah salah satu budaya warisan para leluhur yang masih ada dan dilestarikan hingga saat ini dengan mengandung begitu banyak makna disetiap prosesnya, mungkin dikarenakan dari ciri khas orang Jawa yang dikenal begitu religius  dan ingin selalu memelihara nilai kebersamaan,  menghargai perbedaan, dan tentunya nilai-nilai lain yang ada dalam masyarakat. Dengan tujuan utama berdoa dan memanjatkan rasa bersyukur atas segala nikmat-Nya. Warisan budaya yang ada dan masih bertahan sampai saat ini dengan perubahan perbaikan yang dilakukan oleh para Walisongo salah satunya adalah ambeng, semua warisan budaya yang ada tidak pernah lepas dari peranan Walisongo yang telah diperbaiki dalam rangkaian dan proses diadakannya warisan budaya. Seluruh budaya yang telah ada jika tidak dijaga dan dilestarikan pasti akan tergerus zaman dengan sendirinya. Maka dari itu mari kita semua mengajak masyarakat untuk tetap mengadakan warisan-warisan budaya yang telah dipelopori oleh para leluhur dan Walisongo.

            Sekian Essay yang dapat saya tulis, terimakasih dan mohon maaf tentunya banyak salah dalam penulisannya. Saran dan perbaikan tentunya masih banyak saya butuhkan dalam penulisan Essay ini. 

                                                            TERIMAKASIH

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun