Mohon tunggu...
Alghifary Ikramullah
Alghifary Ikramullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahsiswa

19 tahun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Genderless Society di Indonesia, Apakah Mungkin Terjadi?

5 April 2024   15:00 Diperbarui: 5 April 2024   15:06 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia, negara yang kaya akan keragaman, bukan hanya dalam hal kuliner, budaya, dan keindahan alam, tetapi juga dalam isu-isu sosial. Salah satu isu yang semakin mendapat perhatian adalah kesetaraan gender. Namun, apakah mungkin kita mencapai masyarakat tanpa gender di Indonesia?

Data menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki tantangan besar dalam mencapai kesetaraan gender. Pada tahun 2021, Indonesia menempati peringkat pertama di ASEAN terkait ketimpangan atau kesenjangan gender. Indeks kesetaraan gender Indonesia berada di bawah rata-rata dunia, dengan nilai 0,4316 poin. Ketidaksetaraan ini terlihat jelas dalam berbagai bidang kehidupan dan profesi.

Salah satu area dengan ketimpangan gender tertinggi adalah bidang politik, dengan skor sekitar 0,169, di bawah rata-rata dunia. Namun, pemerintah Indonesia tidak tinggal diam. Sejak tahun 1984, Undang-undang (UU) Nomor 7 Tahun 1984 telah mengatur dan menaungi perihal kesetaraan gender, termasuk Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination Against Women).

Indonesia, negara yang kaya akan keragaman, dihadapkan pada realitas ketidaksetaraan gender yang tinggi. Meski pemerintah telah berupaya mewujudkan kesetaraan melalui undang-undang dan konvensi internasional, Indonesia masih memiliki skor indeks kesetaraan gender di bawah rata-rata dunia. Munculnya gagasan "Genderless Society" pun menjadi topik yang menarik untuk dikaji.

Konsep masyarakat tanpa gender ini berbeda dengan netralitas gender yang fokus pada menghilangkan bias. Genderless Society bertujuan menghapus konsep gender itu sendiri, di mana peran, perilaku, dan sifat seseorang tidak lagi ditentukan oleh jenis kelamin. Namun, mewujudkan hal ini di Indonesia penuh dengan tantangan.

Budaya Indonesia yang kental, stigma terhadap non-konformitas gender, dan pandangan tegas agama tentang peran laki-laki dan perempuan menjadi hambatan utama. Media pun tak luput dari kritik karena masih sering menampilkan representasi gender yang stereotip.

Meskipun jalan terjal, Genderless Society bukanlah utopia yang tak terjangkau. Edukasi generasi muda yang lebih terbuka pada isu gender menjadi kunci. Gerakan seperti "Genderless Fashion" menawarkan secercah harapan. Fashion yang tak lagi terikat maskulinitas atau femininitas ini memungkinkan individu mengekspresikan diri secara bebas.

Di Indonesia, dengan budaya dan nilai-nilai yang kental, pertanyaan tentang kemungkinan terwujudnya "genderless society" menjadi topik yang menarik untuk dikaji.

Masyarakat tanpa gender (genderless society) adalah konsep masyarakat yang tidak didasarkan pada perbedaan gender. Artinya, tidak ada pembagian peran, perilaku, atau sifat yang ditentukan oleh apakah seseorang dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan.

Konsep ini berbeda dengan gerakan netralitas gender (gender neutrality) yang lebih fokus menghilangkan bias gender dalam bahasa dan kebijakan. Masyarakat tanpa gender bertujuan menghilangkan konsep gender itu sendiri.

Banyak orang menganggap konsep Genderless Society di Indonesia merupakan utopia yang sulit untuk dicapai, banyaknya budaya yang ada di Indonesia menjadi tantangan yang sulit untuk mewujudkan Genderless Society. Media juga berperan penting untuk mewujudkan hal ini karena media Indonesia masih sering menampilkan representasi gender yang stereotip. Hal ini dapat memperkuat konstruksi sosial tradisional tentang gender dan menghambat pemahaman masyarakat tentang "genderless society".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun