Kuambil buluh sebatang,
Kupotong sama panjang,
Kuraut dan kutimbang dengan benang
Kujadikan layang-layang
Bermain berlari
Bermain layang-layang
Berlari kubawa ke tanah lapang
Hatiku riang dan senang...
Saya ya, kalo liat layang-layang bawaannya kepingin nyanyi lagu ini. Walaupun suara pas-pasan dan sering lupa sama liriknya. Hehe. Secara ini kan lagu jaman SD dulu.
Beberapa hari terakhir ini ditempat saya, tepatnya di Kota Sorong Papua barat, anak-anak sedang gemar bermain layang-layang. Namun, yang saya lihat kebanyakan dari mereka adalah anak-anak Papua. Jarang sekali dari suku lain. Seperti empat hari yang lalu. Saat sedang membersihkan etalase kue, anak-anak berlari tak karuan menyebrang di jalan raya. Tak ayal pengendara yang kebetulan lewat spontan membunyikan klakson. Ternyata, mereka sedang mengejar layang-layang yang putus.
[caption id="attachment_377881" align="aligncenter" width="300" caption="Gegara cepat-cepat dizoom, cuma dapat setengah"][/caption]
"Iba!! Iba!! Iba!" Kata mereka berlarian. Iba artinya putus. saya yang memang suka kepo ikutan lari keluar pagar. Mama yang memang berdiri di luar ikut memperhatikan. Tampak seorang anak yang memang kami kenal berlari sambil tertawa. Kami pun ikut tertawa. Beberapa anak yang lain telah lari lebih dulu. Hampir semua anak membawa bambu atau pipa plastik. Gunanya untuk mengambil layang-layang bila tersangkut di pohon, kabel pln, atau atap rumah. Sayapun masuk ke dalam rumah mengambil hape untuk dokumentasi. Selang beberapa menit kemudian, tampak seorang anak berlari sumringah sambil menaruh layang-layang di punggungnya. Pertanda bahwa ia berhasil mendapatkan layang-layang yang iba (baca:putus) tadi. Adapun anak-anak yang lain hanya bisa menatap iri. Hahaha
[caption id="attachment_377925" align="aligncenter" width="300" caption="Si tomboi yang beruntung."]
Saya jadi teringat waktu masih duduk di bangku SMP dulu. Walaupun perempuan, tapi karena sedikit tomboi, jadinya saya suka bermain layang-layang. Ya seperti anak-anak tadi. Kalau ada layang-layang yang iba, saya berusaha kejar sampai ketemu. Tapi seingat saya, saya tidak pernah mendapatkan layang-layang yang putus. Justru benangnya saja. Hehehe. Glasan. Itulah nama benangnya yang dulu sering saya temukan. Kalau di daerah lain apa ya namanya? Benangnya agak tajam. Kadang bisa mengiris tangan. Tapi justru karena sedikit tajam itulah yang membuat anak-anak saling beradu kekuatan atau istilah di Papua menyebutnya "baku taruh" .
[caption id="attachment_377927" align="aligncenter" width="300" caption="Si kecil sudah mendapatkan dua layang-layang. Teman yang lain nampak iri."]
Dalam hati saya berpikir bahwa, SMP dulu saya masih bermain layang-layang, kelereng, gambaran, tali tengah dan masih banyak yang lain. Beda dengan anak-anak jaman sekarang ya? Rata-rata lebih senang main gadget di dalam rumah dibanding harus panas-panasan di luar. Bahkan, remaja-remaja sekarang kalau update status di media sosial selalu merasa galau. Hehehe #tepok jidat.
Balik lagi dengan layang-layang iba (baca:putus). Jadi anak-anak yang bermain layang-layang "baku taruh" saling memutuskan benang lawan. Sementara anak-anak yang telah siap dengan bambu, pipa atau sejenisnya, hanya menunggu dengan seksama sambil mengangkat kepala melihat dua atau tiga layang-layang di langit. Biasanya terdengar teriakan lanjar! Lanjar! Lanjar! yang artinya ulur hingga salah satu benang lawan putus. Nah, kalau sudah ada yang putus, barulah anak-anak yang setia menunggu tadi berhamburan lari mengejar layang-layang tersebut.
[caption id="attachment_377895" align="aligncenter" width="300" caption="Mereka sedang memperhatikan layang-layang di langit"]
Bermain.... berlariiii... bermain layang-layang....berlari kubawa ke tanah lapang... hatiku riang dan senang...... duh nyanyi lagi. Hehehe....
nb:Maaf gambarnya terbalik.
Salam hangat dari kota Sorong Papua Barat.
Sabtu, 11 April 2015