Mohon tunggu...
Alghifario
Alghifario Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (23107030074)

Mainnya Hebat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Tradisi Memberi THR Pada Era sekarang: Asal-usul dan Alasan

17 April 2024   21:46 Diperbarui: 17 April 2024   23:20 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merayakan Hari raya Lebaran (Dokumentasi pribadi)

Era dahulu hingga era sekarang, Tradisi berbagi THR menjadi tradisi yang kerap dilaksanakan masyarakat Indonesia apalagi tradisi ini merupakan tradisi yang sangat di tunggu-tunggu karena disini masyarakat-masyarakat saling berbagi kebahagiaan seperti berbagi uang kepada anak-anak, remaja hingga  orang dewasa. 

Pada era sekarang, Berbagi THR sudah tidak perlu menggunakan amplop THR yang berbentuk fisik, Sekarang sudah menggunakan Teknologi dari Smartphone yaitu berbagi melalui sistem Transfer. Dengan sistem Transfer, masyarakat tidak perlu khawatir tidak mendapatkan THR karena tidak bisa bertemu dikarenakan jauh. 

Bahkan dengan teknologi zaman sekarang, masyarakat tidak perlu khawatir lagi jika tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga jauh, karena sudah ada teknologi bernama Video Call, jadi masyarakat bisa teleponan sembari melihat wajah keluarga hanya dari layar saja.

 

Sejarah dan Asal Usul Tradisi THR

Tradisi pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) memiliki akar yang dalam dalam sejarah budaya Indonesia. Meskipun tidak ada catatan pasti tentang kapan tradisi ini dimulai, Tradisi pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) pada Hari Raya Idul Fitri telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Namun, sedikit yang tahu tentang jejak sejarah dan asal usulnya yang kaya akan makna dan tradisi. Mari kita telusuri lebih dalam bagaimana tradisi ini berkembang seiring waktu.

 


1.       Asal Usul Masa Kolonial

Tradisi THR memiliki akarnya dalam masa kolonial Belanda di Indonesia. Pada masa itu, hubungan antara majikan Belanda dengan pekerja pribumi tidak selalu adil. Meskipun demikian, menjelang Hari Raya Idul Fitri, majikan sering memberikan hadiah atau bonus kepada para pekerja sebagai bentuk penghormatan atas kerja keras mereka sepanjang tahun. Hadiah-hadiah ini juga merupakan wujud toleransi dan kebersamaan di antara berbagai kelompok etnis dan agama.

 

2.       Evolusi Pasca-Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, tradisi pemberian THR terus berkembang dan menjadi lebih terstruktur. Pada awalnya, THR sering diberikan dalam bentuk barang atau bahan makanan, seperti beras, gula, atau pakaian. Namun, seiring dengan perkembangan ekonomi dan perubahan budaya, pemberian THR beralih ke bentuk uang tunai atau hadiah-hadiah modern lainnya. Perubahan ini mencerminkan pergeseran nilai dan preferensi dalam masyarakat.

 

3.       Perkembangan Hukum dan Regulasi

Pada tahun 1994, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 13 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur tentang THR. Undang-undang ini menetapkan bahwa setiap pekerja memiliki hak untuk menerima THR dari majikan mereka menjelang Hari Raya Idul Fitri. Regulasi ini memberikan landasan hukum yang kuat untuk melindungi hak-hak pekerja dan memastikan pemberian THR dilakukan secara adil dan transparan.

 

4.       Peran Budaya dan Agama

Tradisi THR tidak hanya menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Raya Idul Fitri, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai sosial, budaya, dan agama yang berkembang di masyarakat Indonesia. Dalam konteks agama Islam, pemberian THR menjadi wujud konkret dari semangat kebaikan dan keberkahan yang dipercayai oleh umat Islam. THR bukan sekadar imbalan kerja, tetapi juga simbol dari kebaikan, kemurahan hati, dan solidaritas dalam memperkuat hubungan antara majikan dan karyawan.

 

5.       Perkembangan Modern dan Dampak Sosial

Seiring dengan perkembangan ekonomi dan teknologi, tradisi THR telah mengalami perubahan dalam beberapa hal. Bila dahulu THR diberikan dalam bentuk barang atau bahan makanan, sekarang ini lebih umum diberikan dalam bentuk uang tunai atau hadiah-hadiah elektronik. Meskipun demikian, makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam pemberian THR tetap sama pentingnya.

 

6.       Pengaruh Globalisasi dan Komersialisasi

Dalam era globalisasi, tradisi THR juga mengalami dampak dari arus globalisasi dan komersialisasi. Banyak perusahaan yang menggunakan pemberian THR sebagai strategi pemasaran atau branding, dengan menampilkan merek mereka dalam hadiah-hadiah yang diberikan kepada karyawan. Meskipun ini dapat meningkatkan citra perusahaan, namun tetap penting untuk menjaga agar makna dan nilai-nilai tradisi THR tetap terjaga.

 

7.       Warisan Budaya dan Masa Depan Tradisi THR

Tradisi THR bukan hanya merupakan praktik ekonomi, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan. Di setiap pemberian THR, terkandung jejak sejarah, kebaikan, dan kepedulian yang diwariskan dari generasi ke generasi. Penting bagi kita untuk menjaga makna dan nilai-nilai tradisi ini agar tetap relevan dan bermakna di tengah perubahan zaman.

 

Selfie pada Hari raya Lebaran (Dokumentasi Pribadi)
Selfie pada Hari raya Lebaran (Dokumentasi Pribadi)

Alasan mengapa THR sangat erat dengan Hari Raya Idul Fitri

Tradisi pemberian THR sangat erat terkait dengan Hari Raya Idul Fitri karena momen tersebut memiliki makna yang mendalam dalam budaya dan agama Islam. Idul Fitri adalah waktu yang penuh sukacita dan kebahagiaan bagi umat Islam, di mana mereka merayakan kesuksesan menyelesaikan ibadah puasa selama bulan Ramadan dan memperbaiki hubungan sosial.

Pada wawancara dengan Haekal yang merupakan  seorang Mahasiswa Jakarta, Haekal mengatakan "setahu saya, THR itu adalah bentuk apresiasi terhadap anak-anak yang berhasil menuntaskan puasa ramadhan 30 hari, makanya THR itu kebanyakan di kasih ke anak-anak dibanding orang dewasa, dan pasti hal itu dilakukan setelah bulan ramadhan selesai, yaitu saat hari raya eid."

Hal tersebut memberi artian bahwa THR itu sebuah bentuk kebahagiaan dan merayakan kesuksesan seorang karena telah menyelesaikan ibadah Puasa pada bulan Ramadan. Ada beberapa alasan mengapa THR sangat erat dengan Hari raya Idul Fitri, yaitu:

1.       Semangat Berbagi dan Kebaikan

Hari Raya Idul Fitri juga dikenal sebagai momen berbagi dan kemurahan hati. Pemberian THR menjelang Idul Fitri bukan hanya sekadar kewajiban atau imbalan kerja, tetapi juga menjadi wujud konkret dari semangat kebaikan dan keberkahan yang dipercayai oleh umat Islam. Tradisi memberi THR menjadi Tradisi dimana salah satu cara untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama, terutama untukmereka yang membutuhkan.

2.       Persiapan untuk Perayaan dan Tradisi Lebaran

Pemberian THR menjelang Hari Raya Idul Fitri juga membantu para penerima untuk mempersiapkan keperluan selama perayaan Lebaran. THR dapat digunakan untuk biaya perjalanan, membeli pakaian baru, menyediakan hidangan khas Lebaran, dan keperluan lainnya. Dengan adanya THR, masyarakat dapat merayakan Lebaran dengan lebih layak dan penuh kegembiraan.

 

3.       Hubungan Antara Majikan dan Karyawan

Tradisi pemberian THR juga memperkuat hubungan antara majikan dan karyawan. Pemberian THR menjadi bentuk apresiasi dari majikan kepada karyawan atas kerja keras dan dedikasi mereka sepanjang tahun. Ini menciptakan ikatan emosional dan sosial yang kuat di antara kedua belah pihak, meningkatkan kepercayaan dan loyalitas dalam lingkungan kerja.

 

4.       Momen Kemenangan Spiritual

Hari Raya Idul Fitri merupakan momen kemenangan spiritual bagi umat Islam setelah menyelesaikan ibadah puasa selama sebulan penuh. Kemenangan ini tidak hanya dirayakan secara individual, tetapi juga diabadikan dalam bentuk kebahagiaan bersama keluarga dan komunitas. Pemberian THR menjelang Idul Fitri menjadi simbol keberhasilan dan kemakmuran yang dirasakan bersama dalam meraih kemenangan spiritual tersebut.

 

5.       Tradisi Keluarga dan Solidaritas Sosial

Idul Fitri juga menjadi waktu yang sangat penting bagi keluarga dan komunitas untuk berkumpul dan saling berbagi kebahagiaan. Tradisi THR memberikan kesempatan bagi majikan untuk turut serta dalam memperkuat solidaritas sosial dan kebersamaan dengan memberikan kontribusi yang bermakna kepada karyawan mereka. Hal ini tidak hanya menciptakan ikatan yang erat antara majikan dan karyawan, tetapi juga memperkuat ikatan keluarga dan komunitas secara lebih luas.

 

6.       Penguatan Nilai-Nilai Kebaikan dan Keadilan

Tradisi THR juga menjadi wahana untuk memperkuat dan mendorong praktik nilai-nilai kebaikan dan keadilan dalam masyarakat. Melalui pemberian THR yang adil dan berkesinambungan, masyarakat diajarkan untuk menghargai kerja keras dan memberikan penghargaan yang pantas kepada sesama. Hal ini menciptakan lingkungan sosial yang lebih inklusif dan berkeadilan, di mana semua individu merasa dihargai dan diakui atas kontribusi mereka.

 

7.       Peran Ekonomi dan Perekonomian

Hari Raya Idul Fitri juga memiliki dampak signifikan terhadap aktivitas ekonomi dan perekonomian secara keseluruhan. Pemberian THR tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi penerima dalam mempersiapkan kebutuhan selama perayaan, tetapi juga memberikan stimulus ekonomi yang signifikan bagi sektor ritel, perhotelan, pariwisata, dan industri lainnya. Ini menciptakan siklus ekonomi yang berputar dan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan.

Merayakan Hari raya Lebaran (Dokumentasi Pribadi)
Merayakan Hari raya Lebaran (Dokumentasi Pribadi)

Tradisi THR pada era sekarang

Pada era sekarang, tradisi THR telah mengalami berbagai perkembangan yang mencerminkan dinamika sosial, ekonomi, dan teknologi. Pada era sekarang, Pemberian THR sudah menggunakan sistem Transfer, baik Transfer bank, e-wallet. Hal ini memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi majikan dengan karyawannya serta memudahkan bagi Keluarga yang lebarannya terhambat oleh waktu dan jarak.

Pada wawancara dengan Haekal, Beliau mengatakan "THR kan udah lama dilakuin di hampir seluruh keluarga Indonesia (diluar negeri tidak ada setau saya), dan sampai sekarang masih dilakukan, dan sebenarnya, memberi THR itu bukanlah perilaku yang menyimpang terhadap agama, namun memang sebaiknya kita mengajarkan pada anak-anak kita di zaman sekarang untuk tidak mengingat 'lebaran' sebagai bagi-bagi THR, karena pada dasarnya lebaran itu merupakan ajang silaturahmi dengan sanak saudara, bukan mengemis uang kepada sanak saudara." 

Hal tersebut menjelaskan bahwa pada era sekarang, seringkali Masyarakat terutama anak-anak pada saat hari lebaran, mereka mengharapkan THR ketimbang silaturahmi dengan saudara-saudara. Lalu Mahasiswa tersebut menjelaskan bahwa pada era sekarang, sebaiknya anak-anak diajarkan untuk memprioritaskan silatuhrami dengan saudara bukan mengemis.

Merayakan Hari raya lebaran (Dokumentasi Pribadi)
Merayakan Hari raya lebaran (Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun