Mohon tunggu...
Alfrina Diany
Alfrina Diany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

When life gives you lemon, make lemonade

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya Penipuan Online, Jadi salah Generasi yang Kurang Pengetahuan atau Salah Dunia Digital?

14 Februari 2024   23:28 Diperbarui: 14 Februari 2024   23:30 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penipuan online? Masih jaman? Begitu kira-kira pertanyaan generasi sekarang. Pada jaman yang sudah maju dengan manusia yang jauh lebih pintar dari sebelumnya, apa mungkin penipuan online masih terjadi? Sayangnya meskipun manusia pada jaman ini sudah jauh lebih pintar dan teknologi yang makin canggih tidak menjamin tidak akan terjadinya penipuan online. Karena justru dengan semakin canggih nya tekonologi maka akan semakin banyak celah bagi orang-orang licik untuk melakukan penipuan.

Menurut Katadata.co.id, jumlah kasus penipuan online yang terjadi pada tahun 2023 kemarin mencapai 66,66% kasus penipuan online yang diambil dari 1700 responden di 34 provinsi di indonesia. Terdapat beberapa modus dari penipu, yaitu 36,9% berkedok hadiah, 33,8% mengirim tautan (link), 29,4% penipuan jual beli seperti di Instagram, 27,4% melalui situs web atau aplikasi palsu, dan 26,5% berkedok krisis keluarga.

Jadi penipuan online ini bukan persoalan generasi tetapi karena dunia digital yang belum siap dihadapi orang-orang di masa sekarang ini.

Sosial media menjadi salah satu platform yang sering kali dijadikan alat untuk melakukan penipuan. Sedangkan pada dunia digital sekarang ini semua orang tidak terlepas dari sosial media. Mirisnya tidak semua orang memiliki pengetahuan untuk bisa aware terhadap penipuan yang terjadi melalui sosial media.

Instagram menjadi salah satu media sosial yang digunakan oleh orang-orang, sehingga kemungkinan terjadinya penipuan di platform ini sangat besar. Platform ini juga menjadi pilihan bagi para pebisnis untuk mulai mem-branding perusahaannya di Instagram, mengapa begitu? Karena Instagram bisa digenggam oleh semua orang maka akan sangat mudah untuk membranding perusahaan di platform satu ini. Tetapi hal tersebut membuat akun-akun online shop menjamur di Instagram sehingga sangat sulit untuk dikenali apakah akun ini scam atau akun bisnis yang asli.

Melalui cerita dari salah satu informan saya yang berinisial D, ia membagikan ceritanya mengenai pengalaman ia tertipu melalui Instagram.

Awalnya ia ingin mencari baju untuk lebaran, ia mulai mencari di Instagram dengan melalui pencarian hashtag #bajulebaran. Selang beberapa waktu ia scrolling mencari akun dan model baju dari hashtag tersebut akhirnya ia menemukan satu baju yang sesuai dengan keinginan dia. Kemudia ia mulai masuk ke halaman page dari akun tersebut dan melihat beberapa model lainnya. Menurutnya, halaman feed dari akun tersebut tidak ada yang mencurigakan sama sekali, karena dikelola dengan rapih dan foto juga video yang dibuat sangat menarik. Hal tersebut yang meyakinkan nya untuk membeli baju dari akun online shop tersebut.

Kemudian dia mulai mengontak salah satu nomor whatsapp yang dicantumkan pada bio akun tersebut. Percakapan pun terjalin seperti layaknya penjual dan pembeli, mulai dari bertanya soal ukuran baju, warna baju yang tersedia, sampai harga baju tersebut.

Sampai pada si D sudah deal untuk membeli baju tersebut dan mulai membicarakan mengenai pembayaran barang. Ia mulai menanyakan harus dikirim ke rekening mana untuk membayarnya, si penjual pun memberikan nomor rekeningnya. Tanpa menunggu lama, D langsung melakukan pembayaran lewat rekeningnya, dan mengirimkan bukti pembayarannya melalui chat whatsapp untuk mengkorfirmasi kepada penjual bahwa ia telah membayarnya dan minta untuk segera dikirim barangnya.

Penjual pun membalas pesan tersebut dengan mengatakan bahwa pihak mereka akan segera mengirimkan barang tersebut. Akhirnya satu hari, dua hari, 3 hari ia menunggu barang tetapi tidak kunjung sampai padahal sudah hampir melewati estimasi pengiriman. D pun mengontak penjual lagi, berniat untuk menanyakan apakah ada keterlambatan dalam pengiriman. Penjual pun membalas dengan meminta D untuk menunggu lebih lama dan malah meminta uang tambahan agar barang pesanan D bisa didahulukan. Membaca pesan tersebut, membuat D merasa jengkel karena tidak sesuai perjanjian di awal bahwa barang akan segera dikirimkan tetapi nyatanya tidak.

Tetapi complain yang diajukan D tidak pernah digubris, dan sontak D terkaget karena ternyata nomor penjual memblokir nomor D. Kemudian D panic dan mulai meminta temannya untuk mencoba mengontak nomor penjual tetapi nihil karena semua nomor yang mengontak nomor penjual berakhir di blokir oleh penipu tersebut. D pun mengalami kerugian yang cukup besar mengingat harga baju yang cukup mahal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun