Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

MBG untuk Siswa Sehat vs Ibu Hamil: Mana yang Lebih Mendesak

20 Oktober 2025   13:40 Diperbarui: 20 Oktober 2025   13:40 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

MBG untuk Siswa Sehat vs Ibu Hamil: Mana yang Lebih Mendesak?

Secara prinsip, MBG seharusnya tidak ditujukan untuk "siswa yang sudah sehat", melainkan untuk anak-anak yang rentan gizi buruk, terutama di daerah miskin atau terpencil. Memberi makan gratis kepada semua siswa, termasuk yang berasal dari keluarga mampu, memang terdengar adil secara simbolis, tapi tidak efisien secara kebijakan. Ini disebut universalism yang boros, sementara pendekatan yang lebih tepat adalah targeted intervention: bantuan tepat sasaran.

Namun, justru kelompok yang paling strategis untuk dilindungi sejak dini adalah ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun, masa first 1000 days of life. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan RI, intervensi gizi pada masa ini menentukan kualitas otak, pertumbuhan fisik, dan ketahanan penyakit seumur hidup. Jika seorang bayi lahir stunting karena ibunya kekurangan gizi selama kehamilan, maka kerusakan itu sulit dipulihkan sepenuhnya, meski ia mendapat makanan bergizi di sekolah 6 tahun kemudian.

Dengan kata lain:  Mencegah stunting di kandungan jauh lebih efektif daripada memperbaikinya di bangku SD.

Data BPS 2024 menunjukkan angka stunting nasional masih sekitar 21,6%-masih di atas target 14% pada 2024. Artinya, prioritas seharusnya dimulai dari hulu, bukan hilir. Memberi makan ibu hamil dan balita tidak hanya menyelamatkan satu nyawa, tapi juga membangun fondasi generasi emas yang sehat, cerdas, dan produktif.

Jadi, secara kebijakan:
MBG untuk ibu hamil dan balita lebih mendesak daripada untuk semua siswa sekolah---apalagi jika termasuk yang sudah tercukupi gizinya.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Bisakah Pemerintah Mengubah Kebijakannya?

Jawabannya: bisa dan seharusnya segera.

Pemerintahan Prabowo-Gibran masih berada di tahun pertama. Ini adalah masa emas untuk evaluasi dan koreksi arah. Faktanya, desakan untuk perubahan sudah mengalir dari berbagai pihak: Pertama, Komisi IX DPR menyarankan fokus pada intervensi gizi dini.

Kedua, Akademisi kesehatan masyarakat (seperti dari UI, UGM, dan Unair) menekankan pentingnya first 1000 days.

Ketiga, Lembaga internasional seperti UNICEF dan WHO juga mendorong realokasi anggaran ke ibu hamil dan balita.

Keempat, Bahkan masyarakat sipil mulai mempertanyakan: mengapa anggaran triliunan rupiah justru digunakan untuk program yang berisiko tinggi (keracunan massal), sementara posyandu dan layanan kesehatan ibu masih kekurangan dana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun