Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

[sepakbola] Strater Pack Harapan Palsu, Formasi 'Uji Coba Internasional'

12 Oktober 2025   06:53 Diperbarui: 12 Oktober 2025   06:53 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(wasit Indonesia vs Irak, sumber: detiksport)

Coach PK: (Tertawa kecil, mengusap janggutnya) "Kata 'selamanya' itu terlalu dramatis, kawan. Sepak bola itu seperti hidup. Selalu ada siklus. Kami mungkin belum lolos ke 2026, tapi kami akan fokus ke 2030."

Semua Wartawan: "2030?"

Coach PK: "Ya. Dan saya berjanji, untuk edisi 2030, kami akan melakukan evaluasi menyeluruh, memastikan pemain yang kami panggil adalah yang paling fit dan tidak ada konflik kepentingan."

Wartawan A: "Jadi, pemain yang sekarang dipanggil ini tidak fit dan ada konflik kepentingan, Coach?"

Coach PK: "Tidak! Saya bilang, kami akan memastikan mereka lebih baik. Itu namanya Continuous Improvement. Namun, saya harus jujur..." (Ia menoleh ke kamera dengan ekspresi serius) "...Jika Timnas ini gagal, tembakan kritik Anda jangan semua diarahkan ke saya atau pemain. Kami di lapangan hanya menjalankan taktik. Tapi siapa yang merancang Liga yang jadwalnya aneh? Siapa yang memilih lapangan latihan yang kualitasnya seperti sawah kering? Siapa yang berjan-janji tapi lupa menyiapkan fondasi?"

Wartawan serempak: "PSSI!"

Coach PK: (Mengangguk puas) "Nah! Sasaran tembak Anda sudah benar. Kami ini cuma produk dari sistem. Kami adalah korban dari ego sektoral kepengurusan yang lebih sibuk rapat di hotel bintang lima daripada membangun grassroots. Kalau PSSI tidak becus, mau saya panggil Lionel Messi jadi kiper pun, kita tetap... mendapat pelajaran berharga."

Wartawan A: "Jadi, kalau besok kalah 0-5 dari Irak, itu salah PSSI?" dan kenyataannya kalah 0-1, tetap pupus harapan itu.

Coach PK: "Tentu saja! Saya cuma perlu waktu tiga hari untuk meracik tim ini, sedangkan PSSI sudah punya waktu puluhan tahun. Sekarang, maaf, saya harus menyiapkan 'Element of Surprise' berikutnya. Mungkin saya akan memasukkan mantan pemain yang sudah jadi anggota DPR di babak kedua. Biar Irak semakin bingung dengan 'Strategi Politik-Bola Nusantara' kita."

(Wartawan hanya bisa menghela napas. Harapan sudah mati suri. Hanya PSSI yang masih hidup nyaman.)

NB; Dalam sepak bola, terutama pada pertandingan yang menentukan nasib, stabilitas dan kebugaran adalah kunci. Jika sebuah tim memiliki formasi atau starting eleven yang terbukti efektif dan solid (sebuah Winning Team) mengubahnya secara radikal hanya untuk mencari 'Element of Surprise' (seperti klaim Coach PK) adalah tindakan bunuh diri taktis. Element of Surprise seharusnya menjadi bumbu, bukan bahan utama yang menggantikan fondasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun