Kalah Karena Cinta, Kisah Coach Pak Klowor dan Prediksi Bandar
Suara terompet, sorak sorai, dan aroma sate kambing yang dijual di pinggir lapangan menyatu menjadi satu simfoni khas “Malam Sepak Bola di Jakarta”. Timnas Indonesia baru saja menelan kekalahan 2‑3 melawan Arab Saudi dalam kualifikasi babak keempat Piala Dunia zona Asia.
Di tribun, suporter “Garuda Mania” masih berusaha menahan air mata, bukan karena sedih, melainkan karena tawa. Salah satu dari mereka, Jaka, menggelengkan kepala sambil berbisik,
“Kita kalah, tapi setidaknya kita nggak jadi ‘lumbung gol’ lagi!”
**
Ruang konferensi pers dipenuhi wartawan, fotografer, dan satu atau dua pemilik warung kopi yang menunggu “bonus foto” dari pelatih. Di kursi paling depan, Coach Pak Klowor alias PK (sebagai “Si Jagoan Strategi”) menatap mikrofon sambil menyeruput kopi sachet hitam tanpa gula (tidak sepahit kekalahan) yang lagi ramai dibahas di kompasiana, yang masih mengepul.
Pak Budi (wartawan): “Coach, kenapa tim kita main kayak belum sarapan MBG saja? Apakah taktiknya ‘nasi uduk’ atau ‘soto ayam’? Kalau kurang kenyang itu booking sama sekolah yang sering buang-buang MBGnya karena siswanya gak suka. Lumayan loh buat naikkan stamina pemain."
Pak Klowor (PK) mengangkat alis, lalu menjawab dengan senyum lebar yang bisa menandingi iklan sabun mandi.
PK: “Pak Budi, ini bukan soal sarapan. Ini soal strategi cinta. Saya sengaja tidak mau kita lolos ke Piala Dunia. Bayangkan kalau kita lolos… nanti di babak final ketemu Brasil, Jerman, atau Argentina. Gimana kalau kiper kita jadi ‘lumbung gol’? Kita bakal jadi museum bola, hanya dipajang, tidak dimainkan!”
Seluruh ruangan pecah tawa. Seorang reporter muda, Sari Nande (SN), melontarkan pertanyaan selanjutnya.
SN: “Tapi Coach, tadi sempat ada peluang. Kenapa striker kita malah ngeloyor kayak cari jalan pulang?”