Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mewujudkan Pendidikan Bermutu melalui Kolaborasi Sekolah, Orang Tua, dan Siswa

26 September 2025   06:06 Diperbarui: 26 September 2025   06:06 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Mewujudkan Pendidikan Bermutu melalui Kolaborasi Sekolah, Orang Tua, dan Siswa: Menyatukan Learning Mindset hingga Deep Learning

Di tengah tantangan dunia yang berubah dengan kecepatan tinggi, pendidikan bermutu tidak lagi bisa diukur hanya dari nilai ujian atau kelengkapan fasilitas. Ia lahir dari hubungan hidup (antara guru yang menginspirasi, orang tua yang terlibat, dan siswa yang aktif) dalam sebuah ekosistem di mana belajar bukan sekadar kewajiban, melainkan proses tumbuh bersama. Melalui tulisan ini saya mengajak kita untuk menelusuri bagaimana kolaborasi autentik antara sekolah, keluarga, dan peserta didik menjadi katalis bagi transformasi pembelajaran: dari pola pikir yang terbuka (learning mindset) hingga penguasaan pengetahuan yang mendalam dan bermakna (deep learning).

Pendidikan Bermutu: Hasil Sinergi Ekosistem Belajar

Pendidikan bermutu bukanlah hasil dari satu pihak yang bekerja sendiri, bukan hanya guru di kelas, bukan hanya siswa yang belajar, dan bukan pula hanya orang tua yang mengawasi dari rumah. Pendidikan bermutu lahir dari sinergi hidup antara sekolah, orang tua, dan siswa dalam sebuah ekosistem belajar yang saling mendukung, saling menguatkan, dan bergerak bersama menuju tujuan yang sama: membentuk manusia yang utuh, kritis, kreatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Dalam ekosistem ini, berbagai pendekatan pembelajaran modern (seperti learning mindset, learning by design, learning by doing, learning by process, dan deep learning) tidak berdiri terpisah, melainkan saling menjalin menjadi satu alur utuh yang mengalir secara alami dalam proses tumbuh-kembang peserta didik.

Learning Mindset: Fondasi Psikologis untuk Tumbuh Bersama

Semuanya dimulai dari fondasi psikologis yang kokoh: learning mindset. Tanpa keyakinan bahwa kemampuan bisa berkembang melalui usaha, ketekunan, dan pembelajaran dari kegagalan, siswa mudah menyerah, guru cepat kehabisan ide, dan orang tua terjebak pada penilaian instan terhadap prestasi anak.

Learning mindset mengajak semua pihak untuk memandang proses belajar sebagai perjalanan, bukan lomba. Di sekolah, guru menciptakan ruang aman di mana kesalahan bukan aib, melainkan langkah menuju pemahaman. Di rumah, orang tua belajar memberi dorongan yang berfokus pada upaya, bukan hanya pada nilai rapor. Dan siswa, perlahan-lahan, mulai berani mengambil risiko intelektual karena tahu bahwa kegagalan bukan akhir, melainkan bagian dari pertumbuhan.

Learning by Design: Merancang Pengalaman Belajar yang Bermakna

Dari fondasi itu, muncul kebutuhan untuk merancang pengalaman belajar yang bermakna, yang dikenal sebagai learning by design. Ini bukan sekadar menyusun silabus atau mengikuti kurikulum secara kaku, melainkan merancang pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata, sesuai minat siswa, dan menjawab tantangan kontemporer.

Guru tidak bekerja sendiri dalam proses ini. Mereka melibatkan siswa dalam merumuskan pertanyaan besar yang ingin dijawab, dan kadang juga mengundang orang tua sebagai mitra misalnya, ketika proyek tentang pertanian perkotaan membutuhkan lahan atau pengetahuan praktis dari keluarga. Dalam learning by design, pembelajaran bukan sesuatu yang "diberikan", melainkan sesuatu yang "dibangun bersama" dalam dialog antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Learning by Doing: Mengubah Teori Menjadi Aksi Nyata

Namun, rancangan sebaik apa pun akan sia-sia jika tidak diwujudkan dalam aksi nyata. Di sinilah learning by doing hadir sebagai jembatan antara teori dan realitas. Siswa belajar paling dalam ketika mereka tidak hanya mendengar atau membaca, tetapi ketika mereka membuat, mencoba, bereksperimen, dan menciptakan. Memasak bersama orang tua menjadi pelajaran kimia dan matematika.

Membangun prototipe alat daur ulang di sekolah melatih keterampilan teknik dan kolaborasi. Melalui tindakan nyata, konsep abstrak menjadi hidup, dan pengetahuan berubah menjadi kebijaksanaan praktis. Peran orang tua dalam learning by doing sangat penting, bukan sebagai pengganti guru, tetapi sebagai pendamping yang membuka ruang eksplorasi di luar kelas.

Learning by Process: Menghargai Perjalanan, Bukan Hanya Hasil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun