Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menanam Benih Cinta Tanah Air Sejak TK

25 September 2025   21:57 Diperbarui: 25 September 2025   21:57 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

Menanam Benih Cinta Tanah Air Sejak TK

Di usia emas perkembangan (antara 3 hingga 6 tahun) otak anak menyerap segala hal seperti spons. Mereka belajar tidak hanya melalui buku atau arahan verbal, tetapi juga melalui pengalaman emosional, ritme, musik, dan rutinitas harian. Di sinilah peran lagu kebangsaan seperti Indonesia Raya dan lagu-lagu perjuangan sederhana (misalnya Ibu Kita Kartini, Tanah Airku, atau Hari Merdeka) menjadi sangat penting, bahkan sejak di Taman Kanak-Kanak (TK). Meski anak-anak belum memahami makna sejarah secara utuh, paparan terhadap lagu-lagu ini memiliki dampak psikologis yang mendalam dan jangka panjang.
Itulah kegiatan setiap pagi yang dilakukan anak TK dekat dengan (bersebelahan tembok) SD tempat putra saya sekolah. Anak-anak TK bahkan dengan antusias menyanyikan lagu kebangsaan seperti yang dicontohnya para ibu guru mereka. 

Mengapa Anak TK Perlu Mendengarkan Lagu Kebangsaan?

Banyak orang beranggapan bahwa lagu kebangsaan terlalu "berat" untuk anak usia dini. Namun, pendekatan yang tepat (melalui nada yang hangat, gerakan sederhana, dan suasana penuh kasih) bisa menjadikan lagu ini sebagai bagian alami dari kehidupan sekolah, bukan beban hafalan.

Di banyak TK di Indonesia, Indonesia Raya dinyanyikan setiap pagi sebelum kegiatan dimulai, sering kali dengan sikap hormat dan tangan di dada. Ini bukan sekadar formalitas, melainkan ritual emosional yang menanamkan rasa hormat, ketenangan, dan kebersamaan.

Dengan mendengarkan dan menyanyikan lagu kebangsaan secara rutin, anak-anak belajar untuk menghormati simbol negara dan menumbuhkan rasa bangga sebagai bagian dari bangsa Indonesia sejak dini. Pengalaman ini membantu mereka mengaitkan lagu kebangsaan dengan identitas dan nilai-nilai nasionalisme yang positif, sehingga tercipta rasa memiliki dan semangat kebangsaan yang melekat dalam diri mereka.

Dampak Psikologis Paling Signifikan: Pembentukan Identitas Sosial dan Rasa Milik (Sense of Belonging)

Dari berbagai efek psikologis yang muncul, yang paling signifikan pada anak usia dini adalah pembentukan identitas sosial dan rasa memiliki terhadap kelompok yang lebih besar, yaitu bangsa Indonesia.

Menurut teori perkembangan sosial dari Erik Erikson, tahap usia prasekolah (3-6 tahun) adalah masa di mana anak mulai memahami "siapa aku" dalam konteks lingkungan sosial. Mereka belajar bahwa mereka bukan hanya bagian dari keluarga, tapi juga bagian dari sekolah, kampung, dan (secara perlahan) negara. Lagu kebangsaan berfungsi sebagai simbol emosional yang membantu anak menginternalisasi: "Aku adalah anak Indonesia." 

Saat anak-anak menyanyi bersama teman-temannya dengan sikap tenang dan penuh hormat, mereka mengalami: Keterhubungan emosional dengan teman sebaya, Rasa aman dalam identitas kolektif, Penghargaan awal terhadap nilai-nilai seperti kebersamaan, keberanian, dan cinta tanah air.

Ini bukan tentang paham politik atau sejarah perang kemerdekaan. Ini tentang perasaan: perasaan bangga, tenang, dan "masuk" dalam sebuah komunitas yang lebih besar.

Manfaat Psikologis Lainnya

Pertama, Regulasi Emosi dan Transisi Harian. Mendengarkan Indonesia Raya di pagi hari membantu anak beralih dari suasana rumah (yang mungkin santai atau berantakan) ke suasana sekolah yang terstruktur. Musik dengan tempo tenang dan lirik khidmat menciptakan "ritual transisi" yang menenangkan sistem saraf, mempersiapkan anak untuk fokus dan belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun