Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membaca Bacaan Suci di Pagi Hari: Ritual Sederhana yang Mengubah Hati, Pikiran, dan Sekolah

17 September 2025   12:46 Diperbarui: 17 September 2025   12:46 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot,dokpri)

Tahukah Anda? Membaca bacaan suci secara rutin ternyata melatih otak. Iya, otak! Bukan hanya hati.

Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang rutin membaca Al-Qur'an mengalami peningkatan dalam daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan memecahkan masalah. Ritme bacaan, pengulangan, dan struktur bahasa Arab yang sistematis dalam metode Iqro' ternyata merangsang area otak yang bertanggung jawab atas logika dan memori jangka panjang.

Sementara itu, literasi Alkitab (terutama saat dilakukan dengan refleksi) terbukti meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan empati. Sebuah meta-analisis bahkan menunjukkan korelasi positif antara membaca Alkitab dan prestasi akademik, dengan effect size 0,47 angka yang cukup signifikan dalam dunia pendidikan.

"Bukan kebetulan kalau siswa yang rajin baca kitab suci sering jadi yang paling fokus di kelas. Otak mereka sudah 'dipanaskan' dengan cara yang benar."

Bayangkan: 15 menit membaca di pagi hari bisa jadi "pemanasan otak" yang lebih efektif daripada secangkir kopi tanpa efek samping, dan gratis!

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Membentuk Hati yang Lembut, Jiwa yang Kuat

Bacaan suci bukan hanya soal huruf dan bunyi. Ia adalah gudang nilai-nilai kemanusiaan: kasih, sabar, jujur, pemaaf, rendah hati, tanggung jawab. Dan ketika nilai-nilai ini diserap perlahan-lahan setiap pagi, ia menetap di hati bukan hanya di kepala.

Seorang siswa yang membaca kisah Nabi Yusuf belajar tentang kesabaran dan pengampunan.
Seorang siswa yang membaca kisah Daud dan Goliat belajar tentang keberanian dan kepercayaan diri.
Seorang siswa yang membaca "Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri" belajar arti empati tanpa perlu ceramah panjang.

Dan yang paling indah? Nilai-nilai ini tidak dipaksakan. Ia tumbuh alami, lewat cerita, lewat renungan, lewat hati yang terbuka.

"Pendidikan karakter paling efektif bukan lewat poster di dinding, tapi lewat cerita yang menyentuh hati."

Hasilnya? Siswa yang lebih sabar saat antri, lebih jujur saat ujian, lebih peduli saat teman sedih, dan lebih berani saat menghadapi tantangan.

Sekolah yang Damai, Ruang yang Inklusif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun