Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

[12] Ketika Pegadaian Menjadi Lembaga Pemulihan Harga Diri di Tengah Krisis Kemerdekaan Sosial

19 Agustus 2025   17:05 Diperbarui: 19 Agustus 2025   17:05 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan Chat GPT, dokpri)

Itu bukan lagi transaksi ekonomi. Itu adalah dokumentasi kemanusiaan. Dan jika Pegadaian mengumpulkan semua harapan itu, maka kampanye Mengemaskan Indonesia bisa berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih dalam: arsip nasional tentang impian rakyat kecil.

Bahkan, Pegadaian bisa menjadi tempat restitusi simbolik. Misalnya, saat nasabah menebus emasnya, ia diberi sertifikat kecil: "Terima kasih telah membuktikan bahwa harapan itu bisa ditebus." Atau, setiap tahun, Pegadaian memilih satu kisah inspiratif (bukan yang jadi pengusaha besar, tapi yang berhasil menyelamatkan keluarganya) dan menceritakannya sebagai bagian dari narasi kebangsaan.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Mengemaskan yang Tak Kasatmata: Harapan, Martabat, dan Kemanusiaan

Selama ini, kita mengukur keberhasilan Pegadaian dari jumlah transaksi, laba, atau pertumbuhan aset. Tapi mungkin, indikator terpentingnya adalah berapa banyak harapan yang berhasil diselamatkan hari ini?

Karena Mengemaskan Indonesia seharusnya bukan tentang memoles citra, tapi tentang menghargai perjuangan kecil yang tak pernah diakui. Mengemaskan bukan berarti mempercantik, tapi mengembalikan nilai pada hal-hal yang selama ini dianggap remeh: keringat penjual gorengan, doa ibu yang menunggu anaknya sembuh, usaha petani yang bertahan di tengah kemarau.

Pegadaian, dalam diam, telah menjadi tempat di mana rakyat kecil masih percaya pada negara. Bukan karena negara sempurna, tapi karena masih ada satu pintu yang terbuka, meski harus dengan jaminan. Dan di usia 80 tahun kemerdekaan, mungkin inilah bentuk kemerdekaan yang paling nyata: ketika rakyat masih punya tempat untuk datang, meski hanya untuk meminjam waktu.

Penutup: Mengemaskan Kembali Janji Kemerdekaan

Mengemaskan Indonesia seharusnya menjadi gerakan untuk mengemas ulang janji kemerdekaan yang sempat terbuka. Bukan dengan megaproyek, bukan dengan retorika, tapi dengan menghormati setiap emas yang digadaikan, setiap harapan yang tertunda, setiap wajah yang datang dengan mata lelah tapi kepala tegak.

Karena di balik setiap transaksi di Pegadaian,
ada satu cerita tentang cinta,
ada satu bukti tentang perjuangan,
dan ada satu sisa percaya
bahwa Indonesia masih bisa menjadi tempat
di mana harapan itu tidak perlu dijual, 
cukup digadaikan dulu,
dengan janji akan ditebus suatu hari nanti.

Dan mungkin, itulah bentuk kemerdekaan yang paling manusiawi:
ketika kita masih diberi kesempatan untuk kembali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun