Dari Aspal ke Meja Makan: Menakar Manfaat Tol bagi Kesejahteraan Rakyat
Setelah kelompok-kelomok kecil siswa mengunjungi bangsal dan ruang-ruang farmasi kami menikmati makan siang bersama di aula RS. Kemudian kami meninggalkan PKU Muhammadiyah Surakarta pukul 12.35. Antara tidur dan melek saya memperhatikan tol dan sekitarnya.Â
Terbersit dalam benak tentang pembuatan tol yang terlambat dan tersendat karena korupsi. Kalau sejak dulu dibangun mungkin cerita Indonesia tidak seperti sekarang.Â
**
Tol membentang lurus, tak lagi berliku,
jarak terkikis, waktu pun tunduk.
Ban berputar, hati pun lugu,
mobilitas lancar, hidup membaik penuh peluk.
Produksi mendekat pada rakyat jelata,
beras, sayur, daging-tak menunggu lama.
Pasar riuh, senyum pun nyata,
harga bersahabat, perut bahagia.
Andai korupsi hilang tak bersisa,
kita bangun tol dua lantai bercahaya.
Arus barang dan mimpi tak saling menyiksa,
semua mengalir, jujur, tiada yang mengkhianati daya.
Sembako murah, tak perlu gelisah,
dapur mengepul tanpa hutang yang pasrah.
Hidup sederhana, hati pun lega,
sejahtera merata, bukan hanya cerita.
Guru dihormati, bukan sekadar dimanfaatkan,
ilmu ditanamkan, jiwa pun dikuatkan.
Mereka pelita di jalan peradaban,
tol pikiran bangsa, tak akan pernah dipadaman.
**