Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Memberi dengan Hati: Menyeimbangkan Cinta dan Kewajiban dalam Keluarga

7 Agustus 2025   09:55 Diperbarui: 7 Agustus 2025   09:55 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan Chat GPT, dokpri)

Memberi kepada orang tua sering kali dianggap sebagai kewajiban moral, bahkan bahasa cinta yang tak terucapkan. Namun, di tengah tanggung jawab sebagai pasangan atau orang tua, muncul dilema: bagaimana memenuhi kebutuhan keluarga besar tanpa mengorbankan keluarga inti? Banyak yang menghadapi situasi ini.

Ada yang merasa harus memberi lebih karena orang tuanya sakit, ada yang tertekan karena pasangan tidak mendukung, dan ada pula yang merasa bersalah karena kebutuhan anak-anak terabaikan. Lalu, bagaimana caranya tetap berbakti, adil, dan menjaga harmoni rumah tangga? Berikut beberapa cara yang bisa jadi pegangan.

Mulai dari Komunikasi, Bukan dari Dompet

Konflik soal memberi sering muncul bukan karena jumlah uangnya, tapi karena kurangnya pembicaraan. Sebelum menikah, pasangan mungkin pernah sepakat, "Nanti kita bantu orang tua, ya." Tapi, apa arti "bantu"? Berapa jumlahnya? Seberapa sering? Tanpa kejelasan, kesepahaman ini bisa jadi sumber masalah.

Coba duduk bersama pasangan, bicara dengan terbuka. Tanyakan, "Apa kekhawatiranmu kalau kita bantu orang tua lebih banyak?" Mungkin jawabannya, "Aku takut tabungan anak kurang," atau "Aku khawatir kalau ada kebutuhan mendadak." Dengarkan. Lalu, sampaikan juga kekhawatiran sebaliknya: "Aku takut menyesal kalau orang tuaku butuh, tapi aku tak membantu." Dari situ, buat kesepakatan konkret, misalnya menyisihkan 10% dari pendapatan untuk keluarga besar, dibagi rata untuk kedua belah pihak. Jika ada kebutuhan mendesak, diskusikan ulang. Komunikasi yang jujur adalah fondasi keseimbangan.

Adil Bukan Berarti Sama Rata

Memberi kepada orang tua bukan soal membagi jumlah yang sama persis untuk kedua belah pihak. Kondisi keluarga bisa sangat berbeda. Misalnya, jika orang tua salah satu pihak sudah pensiun dan sakit-sakitan, sementara pihak lain masih bekerja dan mandiri, wajar jika bantuan disesuaikan dengan kebutuhan. Yang penting, pasangan merasa dihargai dan didengar.

Misalnya, membantu mertua dengan membayar tagihan listrik saat Lebaran atau membantu biaya kuliah adik ipar bisa jadi cara menunjukkan perhatian tanpa memihak. Adil itu soal memahami kebutuhan masing-masing, bukan soal angka yang seragam.

Cinta Lebih dari Sekadar Uang

Sebuah artikel di The Atlantic pernah menulis, anak dewasa berutang pada orang tua lebih dari sekadar uang. Waktu, perhatian, dan kehadiran sering kali jauh lebih berarti. Banyak orang tua lebih bahagia saat anaknya datang, duduk bersama, mendengarkan cerita masa kecil, atau sekadar jalan pagi keliling komplek, ketimbang hanya menerima transfer tanpa obrolan.

Jika pasangan merasa keberatan dengan jumlah bantuan finansial, tawarkan alternatif. "Bagaimana kalau kita lebih sering menjenguk? Atau bantu urus dokumen BPJS mereka?" Tindakan sederhana ini bisa meringankan beban finansial sekaligus menunjukkan kasih sayang yang tulus.

Menghormati Orang Tua dengan Bijaksana

Dalam ajaran Katolik, perintah "Hormatilah ayahmu dan ibumu" (Keluaran 20:12) adalah panggilan suci. Namun, bagi yang sudah berkeluarga, perintah ini harus dijalani dengan keseimbangan. Efesus 5:25 mengingatkan suami untuk mengasihi istri seperti Kristus mengasihi gereja. Paus Fransiskus, dalam Amoris Laetitia, menekankan bahwa kasih harus diatur dengan kebijaksanaan, tidak boleh mengabaikan orang tua, tapi juga tidak boleh mengorbankan keluarga inti.

Memberi kepada orang tua harus sesuai kemampuan, tanpa mengesampingkan kebutuhan anak atau pasangan. Misalnya, jika ada kebutuhan mendesak seperti biaya operasi keluarga besar, ajak pasangan berdiskusi. Bahkan, libatkan orang tua dalam pembicaraan jika perlu. Kadang, empati tercipta saat semua pihak saling mendengar. Seorang anak yang baik menghormati orang tua dengan doa, kunjungan, dan bantuan, tapi seorang pasangan yang bijak memastikan keluarga intinya tetap terlindungi.

Penutup: Memberi dengan Cinta, Menjaga dengan Hati

Memberi kepada orang tua adalah soal rasa, syukur, terima kasih, dan keinginan membalas jasa yang tak ternilai. Tapi, ketika sudah berkeluarga, memberi harus dibarengi kebijaksanaan. Komunikasi terbuka, kesepakatan adil, dan tindakan tulus adalah kuncinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun