Lalu, bagaimana menemukan jalan tengah? Ada lima hal yang bisa dilakukan yakni, Pertama, Bicarakan sejak dini. Idealnya, topik ini sudah dibicarakan sebelum menikah atau di awal pernikahan. Bukan dengan nada khawatir, tapi sebagai bagian dari perencanaan hidup bersama. "Bagaimana pendapatmu tentang membantu orang tua nanti?" "Apa batas yang kita rasa adil?" "Bagaimana kalau ada kebutuhan mendesak?"
Kedua, Buat kesepakatan bersama. Tidak harus angka pasti, tapi prinsip umum. Misalnya: Kami akan menyisihkan 10% dari penghasilan untuk keluarga besar. Bantuan diberikan sesuai kebutuhan, bukan gengsi. Setiap keputusan besar dibicarakan bersama, tanpa sepihak.
Ketiga, Prioritaskan kebutuhan, bukan rasa bersalah. Terkadang, rasa bersalah membuat kita memberi lebih dari kemampuan. Tapi memberi hingga mengorbankan kebutuhan anak atau stabilitas rumah tangga bukanlah tindakan bijaksana. Kita harus belajar membedakan antara kemurahan hati dan pengorbanan yang tidak sehat.
Keempat, Libatkan pasangan dalam hubungan dengan orang tua. Ajak pasangan berkunjung, makan bersama, atau bahkan diskusi langsung dengan orang tua. Ketika pasangan merasa diterima dan dilibatkan, mereka lebih mudah memahami mengapa kita ingin membantu. Empati tumbuh dari kehadiran, bukan hanya dari cerita.
Kelima, Ingatlah selalu bahwa adil bukan berarti sama rata. Adil adalah memberi sesuai kebutuhan, bukan memaksa menyamakan jumlah. Jika orang tua dari satu pihak lebih membutuhkan karena sakit atau tidak punya penghasilan, wajar jika bantuannya lebih besar, selama pasangan setuju dan merasa dihargai.
Memberi dengan Bijak, Mencintai dengan Utuh
Tidak ada rumus sempurna untuk menyeimbangkan cinta pada orang tua dan tanggung jawab pada keluarga. Tapi yang pasti, kunci utamanya adalah komunikasi yang jujur dan hati yang terbuka.
Kita tidak harus memilih antara menjadi anak yang bakti atau suami/istri yang bertanggung jawab. Kita bisa menjadi keduanya, jika kita berjalan dengan bijaksana, penuh doa, dan saling mendukung.
Karena pada akhirnya, nilai terbesar dari sebuah keluarga bukan diukur dari berapa banyak uang yang diberikan, tapi dari seberapa dalam kasih yang dirawat, seberapa besar pengertian yang dibangun, dan seberapa tulus kita menjaga semua orang yang kita cintai, dari generasi yang melahirkan kita, hingga generasi yang kita lahirkan.
Dan itulah bentuk hormat yang paling utuh: mencintai dengan utuh, tanpa harus menghancurkan salah satu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI