Kami pulang larut malam itu, setelah melakukan beberapa tindakan tambahan termasuk transfusi darah sekali lagi. Namun, yang lebih penting adalah rasa bahwa dia tidak sendirian.
Leukemia: Kanker Darah yang Butuh Kebersamaan untuk Melawannya
Leukemia, atau yang sering disebut sebagai kanker darah, bukanlah penyakit yang mudah. Ia menyerang sistem pembentukan darah dalam tubuh, membuat sel darah putih berkembang biak tak terkendali dan mengganggu produksi sel darah sehat seperti sel darah merah dan trombosit. Meski bukan jenis kanker paling umum, leukemia tetap menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Namun, salah satu hal terpenting yang perlu kita pahami adalah bahwa leukemia bukan hanya soal obat dan medis semata. Ini adalah penyakit yang butuh kekuatan emosional, dukungan sosial, dan kehadiran orang-orang terdekat yang bisa memberikan rasa aman dan optimisme.
Penyebab Leukemia: Antara Lingkungan, Genetika, dan Gaya Hidup
Leukemia tidak hadir begitu saja. Ada banyak faktor risiko yang bisa memicu perkembangannya:
1) Paparan polutan udara seperti nitrogen dioksida (NO) dan partikel halus meningkatkan risiko leukemia. 2) Zat kimia berbahaya seperti benzena, sering ditemukan di industri minyak, cat, dan rokok. 3) Mutasi genetik, seperti pada gen TP53, ASXL1, CEBPA, dan RUNX1. 4) Riwayat keluarga, radiasi tinggi, atau imunosupresan jangka panjang juga bisa memengaruhi.
Namun, apapun penyebabnya, yang paling penting adalah respons kita sebagai keluarga, sahabat, atau pendamping pasien.
Dampak Leukemia: Lebih dari Sekadar Fisik
Leukemia menyebabkan gejala fisik seperti kelelahan ekstrem, infeksi berulang, dan perdarahan spontan. Efek pengobatan seperti kemoterapi pun bisa melemahkan secara fisik.
Tapi yang lebih menyedihkan adalah dampak psikologisnya. Depresi, kecemasan, bahkan trauma bisa muncul. Keluarga dan pendamping pun ikut merasakan beban emosional dan finansial.
Itulah mengapa, di tengah semua ini, pendekatan empatik sangat vital . Pasien butuh lebih dari sekadar obat, mereka butuh keyakinan bahwa mereka dicintai, didukung, dan tidak sendirian.
Cara Mendampingi Pasien Leukemia dengan Penuh Empati
Mendampingi pasien leukemia bukan tentang menjadi dokter atau ahli medis. Ini tentang menjadi sumber kekuatan emosional yang bisa membantu mereka tetap tegak dan percaya diri.
Pertama, Dengarkan dengan Tulus. Jangan buru-buru memberi solusi. Kadang, yang mereka butuhkan adalah tempat untuk menumpahkan perasaan tanpa dihakimi.
Kedua, Jaga Komunikasi Positif. Gunakan kalimat seperti: "Aku ada di sini untukmu." "Kamu tidak sendirian." "Mari kita hadapi ini bersama."