Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menulis Ulang Sejarah Indonesia: Antara Kebutuhan dan Kontroversi

17 Juni 2025   17:56 Diperbarui: 17 Juni 2025   17:56 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi penulisan sejarah, olahan GemAIBot, dokpri)

Selain itu, ada pertanyaan tentang keabsahan sumber. Siapa yang akan menentukan "kebenaran" dalam sejarah? Jika metodologi tidak transparan, proyek ini bisa kehilangan legitimasi. Seorang sejarawan ternama pernah berkata, "Sejarah yang ditulis ulang tanpa keterlibatan publik hanya akan menjadi dongeng versi baru."

Berikut adalah beberapa poin kontroversi yang muncul:

  • Manipulasi narasi: Risiko menyensor atau melebih-lebihkan peristiwa tertentu.
  • Kehilangan identitas: Revisi yang drastis bisa mengaburkan memori kolektif bangsa.
  • Politik pendidikan: Buku sejarah baru berpotensi menjadi alat indoktrinasi di sekolah.

 

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Proses Penulisan Ulang: Metodologi dan Timeline

Kementerian Kebudayaan telah menyusun rencana kerja untuk proyek ini. Prosesnya melibatkan tim ahli, termasuk sejarawan, arkeolog, dan akademisi dari berbagai universitas. Metodologi yang diusulkan mencakup:

  • Pengumpulan data baru: Menggunakan arsip, dokumen resmi, dan penelitian terbaru.
  • Konsultasi publik: Mengundang masukan dari masyarakat untuk memastikan representasi yang beragam.
  • Validasi fakta: Melibatkan panel independen untuk menjaga objektivitas.

Timeline proyek ini belum sepenuhnya jelas, tetapi diperkirakan akan memakan waktu beberapa tahun mengingat kompleksitasnya. Setiap tahap akan dievaluasi untuk memastikan kualitas dan akuntabilitas. Namun, tantangannya tetap ada: bagaimana menyeimbangkan kecepatan dengan ketelitian?

Pembelaan: Argumen Pendukung Penulisan Ulang

Di sisi lain, banyak pihak mendukung inisiatif ini. Mereka berpendapat bahwa buku sejarah saat ini sudah usang dan tidak lagi relevan. Seorang pendidik mengatakan, "Anak-anak zaman sekarang butuh sejarah yang hidup, bukan sekadar hafalan tanggal dan nama."

Penulisan ulang ini juga dilihat sebagai kesempatan untuk memperbaiki kesalahan masa lalu, seperti glorifikasi tokoh tertentu atau pengabaian peristiwa penting di daerah.

Pendukung juga menyoroti manfaat teknologi. Dengan digitalisasi arsip dan data, sejarah bisa disajikan dengan lebih kaya dan interaktif - mungkin melalui infografis atau bahkan aplikasi pendidikan. Ini bisa membuat pembelajaran sejarah lebih menarik bagi generasi milenial dan Gen Z.

Kesimpulan: Masa Depan Sejarah Indonesia

Proyek penulisan ulang buku sejarah Indonesia adalah pisau bermata dua. Di satu sisi, ia menawarkan peluang untuk memperbarui dan memperkaya pemahaman kita tentang masa lalu. Di sisi lain, ia membawa risiko manipulasi dan konflik yang bisa memecah belah. Keberhasilannya akan sangat bergantung pada transparansi, keterlibatan publik, dan komitmen untuk menjaga integritas sejarah.

Bagi kita sebagai masyarakat, ini adalah saat untuk ikut mengawasi dan berkontribusi. Sejarah bukan milik segelintir orang; ia milik kita semua.

Dengan pendekatan yang tepat, proyek ini bisa menjadi langkah besar menuju pendidikan sejarah yang lebih baik - bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun