Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Romo Y.B. Mangunwijaya: Arsitek Serba Bisa, Pahlawan Kemanusiaan yang Langka

17 Juni 2025   09:12 Diperbarui: 17 Juni 2025   09:12 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Romo Y.B. Mangunwijaya: Arsitek Serba Bisa, Pahlawan Kemanusiaan yang Langka

"Arsitektur bukan sekadar bangunan, tetapi juga tentang membangun kehidupan." - Romo Mangunwijaya

Di tengah gemerlap modernitas, ada sosok yang muncul bagai oase: Romo Y.B. Mangunwijaya. Ia bukan hanya seorang arsitek, tetapi juga pastor, penulis, dan aktivis sosial yang mengabdikan hidupnya untuk kemanusiaan.

Dengan tangan dan hatinya, ia merancang bukan sekadar bangunan, melainkan harapan bagi kaum marginal. Kisahnya adalah cermin bagi kita semua, bahwa keahlian apa pun -termasuk arsitektur- bisa menjadi alat untuk mengubah dunia menjadi lebih baik.

Latar Belakang: Siapa Romo Y.B. Mangunwijaya?

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, atau yang lebih dikenal sebagai Romo Mangun, lahir pada 6 Mei 1929 di Ambarawa, Jawa Tengah. Ia adalah seorang pastor Katolik yang menjalani hidup dengan cara yang jauh dari biasa.

Dengan latar belakang pendidikan teologi dan arsitektur, Romo Mangun mampu memadukan spiritualitas dengan kepedulian nyata terhadap sesama. Ia percaya bahwa arsitektur bukan hanya soal estetika, tetapi juga tentang bagaimana bangunan bisa melayani manusia, terutama mereka yang terpinggirkan.

Kontribusi Arsitektural: Membangun dengan Hati

Filosofi Romo Mangunwijaya dalam arsitektur bisa dirangkum dalam istilah "arsitektur rakyat." Ia menolak desain megah yang mengesampingkan kebutuhan masyarakat dan lebih memilih menciptakan bangunan yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan selaras dengan budaya lokal. Baginya, arsitektur harus memberdayakan, bukan sekadar memamerkan kemewahan.

Salah satu karya monumentalnya adalah Kampung Kali Code di Yogyakarta. Pada awal 1980-an, kawasan kumuh di bantaran Kali Code ini jauh dari layak huni. Romo Mangun tidak hanya datang dengan rancangan, tetapi juga melibatkan warga dalam prosesnya.

Bersama mereka, ia membangun rumah, ruang komunal, dan sistem sanitasi yang lebih baik. Hasilnya? Sebuah pemukiman yang tidak hanya indah secara fisik, tetapi juga mengembalikan martabat penduduknya. Karya ini mengantarkannya meraih Aga Khan Award for Architecture pada 1992, penghargaan bergengsi yang mengakui dampak sosial dari arsitektur.

Romo Mangun juga meninggalkan jejak dalam desain bangunan religius dan publik, seperti Gereja Katolik Jetis dan Pusat Kebudayaan Prambanan. Desainnya memadukan elemen tradisional Indonesia dengan sentuhan modern, menciptakan ruang yang fungsional sekaligus kaya makna.

Upaya Kemanusiaan: Mengangkat Kaum Terpinggirkan

Romo Mangunwijaya bukan arsitek yang bekerja dari menara gading. Ia turun langsung ke lapangan, memperjuangkan hak-hak kaum miskin dan terpinggirkan. Baginya, arsitektur adalah senjata untuk melawan ketidakadilan sosial. Proyek-proyeknya selalu melibatkan komunitas lokal, memberi mereka peran aktif untuk memperbaiki kehidupan mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun