Konflik lain muncul dari larangan terhadap praktik tradisional yang dianggap tidak sesuai dengan norma modern atau agama. Beberapa kasus meliputi misalnya di Aceh: Tarian tradisional dengan partisipasi campuran gender dibatasi berdasarkan hukum Syariah. Atau Jawa: Ritual mistis tertentu dilarang oleh otoritas agama atau sekuler.
Larangan ini biasanya didasarkan pada alasan ketertiban publik atau moralitas, tetapi bagi komunitas yang menjalankannya, hal ini dianggap melanggar hak budaya dan kebebasan berekspresi. Media sosial memperparah konflik ini dengan menyebarkan isu secara cepat, sering kali mempolarisasi opini publik.
Penyebab Konflik Budaya
Konflik ini sering berasal dari perbedaan interpretasi tentang apa yang "pantas." Tradisi yang dianggap tidak berbahaya oleh satu kelompok bisa dipandang ofensif atau usang oleh kelompok lain. Faktor eksternal seperti globalisasi dan media digital juga mempercepat perubahan budaya, membuat norma tradisional sulit beradaptasi. Media sosial, misalnya, menjadi katalis yang memperbesar perdebatan, seperti saat foto seseorang mengenakan pakaian adat di acara modern memicu pro dan kontra secara viral.
Dampak pada Masyarakat
Konflik budaya memiliki dampak beragam antara lain. Pertama, Ketegangan Sosial. Di daerah dengan identitas budaya kuat, seperti Bali atau Papua, konflik ini bisa memicu protes jika dianggap mengancam tradisi lokal. Dan kedua, Pemahaman dan Dialog. Sebaliknya, konflik dapat mendorong diskusi antarbudaya, bahkan menghasilkan solusi kreatif seperti menggabungkan unsur tradisional dan modern.
Cara Menavigasi Konflik Budaya
Untuk mengatasi ketegangan ini, diperlukan pendekatan yang inklusif antara lain dengan: Pertama, Dialog Terbuka: Diskusi antara kelompok tradisional dan modern untuk saling memahami. Kedua, Kebijakan Seimbang: Pemerintah bisa melindungi hak budaya sambil mengakomodasi modernitas, misalnya mengizinkan pakaian adat di acara resmi. Dan ketiga, Integrasi: Menciptakan ruang di mana tradisi dan modernitas berdampingan, seperti festival budaya kontemporer.
Kesimpulan
Konflik budaya di ruang publik, seperti kontroversi pakaian adat versus modern atau larangan praktik tertentu, mencerminkan tantangan Indonesia dalam menyeimbangkan tradisi dan modernitas. Dengan dialog, penghormatan, dan pendekatan inklusif, Indonesia dapat menjaga kekayaan budayanya sambil menyongsong masa depan. Seperti yang ditegaskan oleh "Bhinneka Tunggal Ika," keberagaman adalah kekuatan yang dapat menyatukan bangsa di tengah perubahan zaman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI