Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Etnopedagogi (1): Menyemai Nilai Lokal di Era Disrupsi Digital dalam Pendidikan

16 Mei 2025   13:04 Diperbarui: 16 Mei 2025   13:04 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Etnopedagogi (1): Menyemai Nilai Lokal di Era Disrupsi Digital dalam Pendidikan

Pendidikan di era modern menghadapi tantangan kompleks seiring disrupsi digital yang mengubah cara manusia belajar, berinteraksi, dan memahami dunia. Dalam konteks ini, etnopedagogi muncul sebagai pendekatan yang relevan untuk menjembatani nilai-nilai lokal dengan kebutuhan global, memadukan pedagogi, psikologi, dan teknologi dalam menghadapi tantangan masa kini.

Sebagai seorang guru -dan khususnya kepada teman-teman guru tingkat dasar TK dan SD- melalaui artikel ini saya ingin mengajak kita untuk mengupas konsep etnopedagogi, kaitannya dengan pedagogi dan psikologi, serta bagaimana peran guru dan disrupsi digital memengaruhi dunia pendidikan.

Apa Itu Etnopedagogi?

Etnopedagogi adalah pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya, tradisi, dan kearifan lokal sebagai dasar pembelajaran. Berbeda dengan pendekatan pedagogi konvensional yang cenderung universal, etnopedagogi menekankan konteks kultural peserta didik untuk membentuk pembelajaran yang bermakna. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan identitas, karakter, dan keterhubungan sosial yang berakar pada budaya lokal.

Sebagai contoh, di Indonesia, etnopedagogi dapat diterapkan dengan mengajarkan konsep matematika melalui pola tenun tradisional atau mempelajari sejarah melalui cerita rakyat setempat. Pendekatan ini membantu siswa memahami materi pelajaran dalam kerangka budaya yang sudah akrab bagi mereka, sehingga proses belajar menjadi lebih relevan dan menarik.

Kaitan Etnopedagogi dengan Pedagogi dan Psikologi

Etnopedagogi tidak berdiri sendiri, melainkan memperkaya pedagogi dan psikologi pendidikan. Dalam pedagogi, etnopedagogi memperluas strategi pengajaran dengan memasukkan elemen budaya sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Guru tidak lagi hanya berperan sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai fasilitator yang menghubungkan pengetahuan akademik dengan kearifan lokal. Pendekatan ini sejalan dengan teori pembelajaran konstruktivis, di mana siswa membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman dan konteks mereka.

Dari sisi psikologi, etnopedagogi mendukung perkembangan kognitif dan emosional siswa. Menurut teori perkembangan psikososial Erikson, identitas budaya memainkan peran penting dalam pembentukan harga diri dan rasa memiliki. Dengan mengintegrasikan budaya lokal dalam pembelajaran, siswa merasa dihargai dan terhubung dengan lingkungannya, yang pada gilirannya meningkatkan motivasi belajar dan kesejahteraan psikologis.

Selain itu, pendekatan ini juga mendukung teori kecerdasan majemuk Howard Gardner, yang menekankan bahwa setiap individu memiliki cara belajar yang unik, sering kali dipengaruhi oleh latar belakang budayanya.

Peran Guru dalam Etnopedagogi

Guru adalah elemen kunci dalam penerapan etnopedagogi. Mereka harus memiliki pemahaman mendalam tentang budaya lokal, sensitivitas terhadap keberagaman, dan kemampuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam kurikulum. Guru juga perlu menjadi pembelajar sepanjang hayat, terus memperbarui pengetahuan mereka tentang teknologi dan tren pendidikan global agar tetap relevan di era disrupsi digital.

Namun, tantangan besar bagi guru adalah menyeimbangkan antara pelestarian budaya lokal dan kebutuhan untuk mempersiapkan siswa menghadapi dunia yang semakin terdigitalisasi. Guru harus mampu menggunakan teknologi sebagai alat untuk memperkaya etnopedagogi, misalnya dengan memanfaatkan platform digital untuk mendokumentasikan cerita rakyat atau membuat konten pembelajaran berbasis budaya yang dapat diakses secara daring.

Disrupsi Digital dan Tantangan Pendidikan

Disrupsi digital telah mengubah lanskap pendidikan secara drastis. Teknologi seperti kecerdasan buatan, pembelajaran daring, dan media sosial telah memperluas akses terhadap informasi, tetapi juga membawa tantangan baru.

Salah satu tantangan utama adalah ancaman hilangnya identitas budaya di tengah arus globalisasi digital. Banyak siswa lebih terpapar budaya pop global melalui internet daripada kearifan lokal mereka sendiri, yang dapat melemahkan ikatan mereka dengan komunitas dan warisan budaya.

Di sisi lain, disrupsi digital juga membuka peluang untuk memperkuat etnopedagogi. Teknologi dapat digunakan untuk mendigitalisasi dan menyebarkan kearifan lokal, seperti melalui aplikasi pembelajaran berbasis budaya atau museum virtual yang menampilkan tradisi setempat. Namun, ini memerlukan infrastruktur teknologi yang memadai, pelatihan bagi guru, dan kurikulum yang mendukung integrasi budaya dan teknologi.

Tantangan lain adalah kesenjangan digital, terutama di daerah pedesaan atau komunitas terpencil. Tanpa akses yang merata terhadap teknologi, penerapan etnopedagogi berbasis digital menjadi sulit, yang dapat memperlebar ketimpangan pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa teknologi dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Tantangan Masa Kini dan Solusi Berbasis Etnopedagogi

Pendidikan saat ini menghadapi sejumlah tantangan, termasuk globalisasi, perubahan iklim, dan pergeseran nilai sosial. Etnopedagogi menawarkan solusi dengan mengajarkan siswa untuk menghargai keberagaman budaya, menjaga lingkungan berdasarkan kearifan lokal, dan mengembangkan ketahanan psikologis melalui identitas budaya yang kuat.

Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa langkah strategis dapat diambil:

Pertama, Pengembangan Kurikulum Berbasis Budaya. Kurikulum harus dirancang untuk memasukkan elemen budaya lokal tanpa mengorbankan standar akademik global. Misalnya, pelajaran sains dapat mengintegrasikan pengetahuan tradisional tentang pengelolaan sumber daya alam.

Kedua, Peningkatan Kompetensi Guru. Pelatihan guru harus mencakup keterampilan digital dan pemahaman tentang etnopedagogi agar mereka dapat mengintegrasikan budaya dan teknologi secara efektif.

Ketiga, Pemanfaatan Teknologi. Platform digital dapat digunakan untuk menciptakan repositori kearifan lokal yang dapat diakses oleh siswa dan masyarakat luas.

Keempat, Kolaborasi Komunitas. Melibatkan komunitas lokal dalam proses pendidikan memastikan bahwa nilai-nilai budaya yang diajarkan autentik dan relevan.

Kesimpulan

Etnopedagogi adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa depan dalam dunia pendidikan. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal, pendekatan ini memperkaya pedagogi dan psikologi pendidikan, menciptakan pembelajaran yang bermakna dan relevan bagi siswa.

Di tengah disrupsi digital, guru memiliki peran sentral dalam menerapkan etnopedagogi, memanfaatkan teknologi untuk melestarikan budaya sambil mempersiapkan siswa untuk dunia global. Meski tantangan seperti kesenjangan digital dan globalisasi tetap ada, etnopedagogi menawarkan solusi yang berakar pada identitas dan kearifan lokal, memastikan bahwa pendidikan tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga memberdayakan generasi mendatang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun