Namun, tantangan besar bagi guru adalah menyeimbangkan antara pelestarian budaya lokal dan kebutuhan untuk mempersiapkan siswa menghadapi dunia yang semakin terdigitalisasi. Guru harus mampu menggunakan teknologi sebagai alat untuk memperkaya etnopedagogi, misalnya dengan memanfaatkan platform digital untuk mendokumentasikan cerita rakyat atau membuat konten pembelajaran berbasis budaya yang dapat diakses secara daring.
Disrupsi Digital dan Tantangan Pendidikan
Disrupsi digital telah mengubah lanskap pendidikan secara drastis. Teknologi seperti kecerdasan buatan, pembelajaran daring, dan media sosial telah memperluas akses terhadap informasi, tetapi juga membawa tantangan baru.
Salah satu tantangan utama adalah ancaman hilangnya identitas budaya di tengah arus globalisasi digital. Banyak siswa lebih terpapar budaya pop global melalui internet daripada kearifan lokal mereka sendiri, yang dapat melemahkan ikatan mereka dengan komunitas dan warisan budaya.
Di sisi lain, disrupsi digital juga membuka peluang untuk memperkuat etnopedagogi. Teknologi dapat digunakan untuk mendigitalisasi dan menyebarkan kearifan lokal, seperti melalui aplikasi pembelajaran berbasis budaya atau museum virtual yang menampilkan tradisi setempat. Namun, ini memerlukan infrastruktur teknologi yang memadai, pelatihan bagi guru, dan kurikulum yang mendukung integrasi budaya dan teknologi.
Tantangan lain adalah kesenjangan digital, terutama di daerah pedesaan atau komunitas terpencil. Tanpa akses yang merata terhadap teknologi, penerapan etnopedagogi berbasis digital menjadi sulit, yang dapat memperlebar ketimpangan pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa teknologi dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.
Tantangan Masa Kini dan Solusi Berbasis Etnopedagogi
Pendidikan saat ini menghadapi sejumlah tantangan, termasuk globalisasi, perubahan iklim, dan pergeseran nilai sosial. Etnopedagogi menawarkan solusi dengan mengajarkan siswa untuk menghargai keberagaman budaya, menjaga lingkungan berdasarkan kearifan lokal, dan mengembangkan ketahanan psikologis melalui identitas budaya yang kuat.
Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa langkah strategis dapat diambil:
Pertama, Pengembangan Kurikulum Berbasis Budaya. Kurikulum harus dirancang untuk memasukkan elemen budaya lokal tanpa mengorbankan standar akademik global. Misalnya, pelajaran sains dapat mengintegrasikan pengetahuan tradisional tentang pengelolaan sumber daya alam.
Kedua, Peningkatan Kompetensi Guru. Pelatihan guru harus mencakup keterampilan digital dan pemahaman tentang etnopedagogi agar mereka dapat mengintegrasikan budaya dan teknologi secara efektif.
Ketiga, Pemanfaatan Teknologi. Platform digital dapat digunakan untuk menciptakan repositori kearifan lokal yang dapat diakses oleh siswa dan masyarakat luas.