Pengalamannya selama lebih dari 20 tahun di Peru, di mana ia menjadi warga negara melalui naturalisasi, membentuk identitasnya sebagai "Latin Yankee." Sebagai Uskup Chiclayo (2015-2023), Prefek Dikasteri untuk Uskup (2023--2025), dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin, ia menunjukkan kedekatan dengan kawasan ini.
Prevost terpilih pada putaran keempat konklaf 2025, mengambil nama Leo XIV, merujuk pada Paus Leo XIII yang dikenal atas ajaran sosialnya. Muncul dengan jubah merah kepausan, ia menyerukan perdamaian dan berkomitmen melanjutkan reformasi Fransiskus.Â
Keahliannya meliputi kepemimpinan pastoral, kemampuan multibahasa (Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Rusia, Spanyol), hukum kanon, diplomasi, dan pengalaman misionaris. Meski dari AS, pengabdiannya di Peru dan peran di Vatikan menjadikannya figur yang resonan dengan Amerika Latin.
Pengaruh Paus Leo XIV di Amerika Latin
Sebagai Paus yang memiliki ikatan kuat dengan Amerika Latin, Leo XIV memiliki pengaruh signifikan di kawasan ini, baik melalui pengalaman pribadinya maupun kebijakan awalnya. Berikut adalah analisis mendalam tentang dampaknya:
1. Kelanjutan Warisan Fransiskus
Leo XIV mewarisi Gereja yang dibentuk Fransiskus, dengan Amerika Latin sebagai pusat spiritual. Ia secara terbuka berkomitmen melanjutkan reformasi pendahulunya, seperti desentralisasi tata kelola Gereja dan perhatian pada periferi. Dalam pidato pertamanya, ia menyebut Fransiskus dua kali, menegaskan visi untuk Gereja yang inklusif dan berpihak pada yang miskin, nilai yang sangat resonan di Amerika Latin.
Pengalamannya di Peru, di mana ia melayani komunitas miskin, memperkuat kredibilitasnya di kawasan ini. Umat di negara seperti Brasil, Meksiko, dan Kolombia melihatnya sebagai penerus semangat Fransiskus, meskipun dari AS.
Sebagai Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin (2023--2025), Prevost telah bekerja untuk memperkuat Gereja di kawasan ini, mendukung inisiatif seperti pembinaan imam dan pelayanan kepada masyarakat adat. Sebagai Paus, ia diharapkan melanjutkan fokus pada isu-isu seperti kemiskinan, ketimpangan, dan pelestarian lingkungan, yang sangat relevan di Amerika Latin. Misalnya, ia kemungkinan akan memperkuat hasil Sinode Amazon, yang menyerukan perlindungan hutan dan hak masyarakat adat.
2. Inspirasi dari Pengalaman Peru
Pengabdian Prevost di Peru selama lebih dari 20 tahun adalah pilar pengaruhnya di Amerika Latin. Ia melayani di daerah-daerah miskin, bekerja sebagai pastor paroki, guru seminari, dan administrator, menghadapi tantangan seperti kemiskinan dan ketidakstabilan politik.Â
Naturalisasinya sebagai warga Peru menunjukkan komitmennya yang mendalam, membuatnya diterima sebagai "salah satu dari mereka" oleh umat Amerika Latin. Di Chiclayo, ia dikenal karena pendekatannya yang pastoral, mengunjungi komunitas terpencil dan mendukung pendidikan agama.
Pengalaman ini memberinya pemahaman mendalam tentang realitas Amerika Latin, dari krisis ekonomi hingga kebutuhan akan evangelisasi yang relevan. Sebagai Paus, ia diharapkan menginspirasi uskup dan imam di kawasan ini untuk tetap dekat dengan rakyat, sejalan dengan dokumen Aparecida 2007 yang dulu dipimpin Fransiskus. Umat di Peru, khususnya, merayakan kepausannya sebagai kebanggaan nasional, dengan media lokal menyebutnya "Paus kami dari Chiclayo."
3. Penguatan Peran Amerika Latin di Gereja Global
Fransiskus mengubah komposisi kardinal dengan mengangkat banyak dari Amerika Latin, seperti Kardinal scar Rodrguez Maradiaga (Honduras) dan Kardinal Pedro Barreto (Peru). Leo XIV, yang terlibat dalam penunjukan uskup sebagai Prefek Dikasteri untuk Uskup, kemungkinan akan melanjutkan tren ini.Â
Ini memperkuat pengaruh Amerika Latin dalam konklaf masa depan dan tata kelola Gereja. Negara-negara seperti Brasil (dengan populasi Katolik terbesar) dan Meksiko diharapkan mendapat perhatian lebih dalam pengangkatan kardinal baru.
Ia juga mendukung reformasi Fransiskus untuk melibatkan kaum awam, termasuk wanita, dalam pengambilan keputusan Gereja. Langkah ini, yang dimulai dengan penunjukan tiga wanita dalam proses nominasi uskup pada 2022, sangat relevan di Amerika Latin, di mana peran wanita dalam komunitas Gereja sangat kuat. Leo XIV diharapkan memperluas inisiatif ini, meningkatkan partisipasi umat di kawasan tersebut.
4. Fokus pada Isu Sosial dan Lingkungan
Amerika Latin menghadapi tantangan seperti kemiskinan, deforestasi, dan konflik agraria. Nama "Leo XIV," yang mengacu pada Paus Leo XIII dan ensiklik Rerum Novarum tentang keadilan sosial, menunjukkan bahwa Prevost akan menangani isu-isu ini.
Pengalamannya di Peru, di mana ia menyaksikan dampak ketimpangan ekonomi, membuatnya peka terhadap kebutuhan kawasan ini. Ia kemungkinan akan memperkuat seruan Fransiskus dalam Laudato Si' untuk melindungi Amazon dan masyarakat adat, yang menghadapi ancaman dari pertambangan dan deforestasi.
Sebagai Paus, Leo XIV diharapkan mengeluarkan dokumen atau pidato yang menyoroti isu-isu ini, mungkin dengan kunjungan ke negara-negara seperti Brasil atau Bolivia untuk menegaskan komitmennya.
Pidato pertamanya yang menyerukan perdamaian juga relevan di Amerika Latin, di mana konflik sosial, seperti di Venezuela dan Kolombia, masih berlangsung. Pendekatannya yang diplomatis, dibuktikan dengan kemampuan multibahasanya, memungkinkannya berkomunikasi langsung dengan umat di kawasan ini.
5. Simbol Kebanggaan Regional
Meskipun dari AS, ikatan Prevost dengan Peru menjadikannya figur yang dihormati di Amerika Latin. Pemilihannya memicu kegembiraan di Peru, dengan umat di Chiclayo mengadakan Misa syukur. Media Amerika Latin, dari Argentina hingga Meksiko, menyoroti pengalamannya di Peru sebagai bukti bahwa kawasan ini tetap relevan di Vatikan. Sebagai Paus pertama dari Amerika Utara, ia juga menarik perhatian dunia pada Amerika Latin sebagai pusat spiritual, memperkuat warisan Fransiskus.
Namun, statusnya sebagai orang Amerika menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana ia akan menyeimbangkan pengaruh AS dengan identitas universal Gereja. Di Amerika Latin, di mana sentimen anti-AS kadang muncul, Leo XIV harus menunjukkan bahwa ia adalah Paus untuk semua, dengan Amerika Latin sebagai prioritas. Pengalamannya di Peru dan komitmennya pada nilai-nilai Fransiskus membantu meredam kekhawatiran ini.
6. Tantangan dan Kontroversi
Pengaruh Leo XIV di Amerika Latin dihadapkan pada kontroversi terkait kasus penyalahgunaan seksual 25 tahun lalu saat ia memimpin Provinsi Agustinian Chicago. Meski tidak dituduh langsung, kritik muncul karena ia dianggap melindungi pelaku pelecehan, yang dapat merusak kepercayaan umat di kawasan yang sensitif akibat skandal seperti kasus Fernando Karadima di Chili. Untuk mempertahankan kepercayaan, Leo XIV perlu memperkuat reformasi Fransiskus, seperti kebijakan pelaporan wajib, guna menangani isu ini secara transparan.
Ekspektasi tinggi umat Amerika Latin menuntut reformasi dalam inklusi dan keadilan sosial, melanjutkan langkah Fransiskus seperti Fiducia Supplicans dan pemberdayaan wanita. Umat mengharapkan Leo XIV memperluas peran wanita, berdialog dengan komunitas adat, dan memperjuangkan keadilan ekonomi di tengah ketimpangan, terutama di Brasil dan Meksiko. Kegagalan memenuhi harapan ini dapat memicu kekecewaan, khususnya di kalangan umat progresif yang menginginkan Gereja lebih modern.
Penurunan jumlah umat Katolik akibat pertumbuhan gereja Protestan Pentakostal dan sekularisme, terutama di Brasil dan Meksiko, menjadi tantangan besar. Leo XIV, dengan pengalaman evangelisasi di Peru, perlu menjaga relevansi Gereja melalui program pastoral untuk kaum muda dan inisiatif seperti Sinode Amazon. Tanpa langkah strategis, pengaruhnya di Amerika Latin berisiko melemah di tengah persaingan agama yang ketat.
7. Potensi Kunjungan dan Dialog
Hingga Mei 2025, tidak ada rencana resmi kunjungan Leo XIV ke Amerika Latin, tetapi pengalaman Fransiskus -yang mengunjungi Brasil (2013), Kolombia (2017), dan Peru (2018)-menunjukkan bahwa Paus sering memprioritaskan kawasan ini.Â
Peru, sebagai "rumah kedua" Prevost, kemungkinan menjadi tujuan utama. Kunjungan semacam itu bisa memperkuat hubungan Gereja dengan umat dan pemerintah setempat, serta menegaskan perhatiannya pada isu lingkungan dan sosial.
Mengenai Indonesia, khususnya Papua, tidak ada bukti bahwa Prevost pernah berkunjung, meskipun klaim di X tentang kehadirannya di Manokwari tidak dapat diverifikasi. Fokusnya tetap pada Amerika Latin, tetapi sebagai Paus, ia mungkin menunjukkan perhatian pada Asia Pasifik, mengikuti jejak Fransiskus yang mengunjungi Indonesia pada 2024.
Warisan Amerika Latin dan Visi Leo XIV
Fransiskus menjadikan Amerika Latin sebagai kekuatan spiritual global, dan Leo XIV melanjutkan warisan ini dengan caranya sendiri. Pengalamannya di Peru, keahlian pastoral, dan komitmen pada reformasi Fransiskus menjadikannya figur yang relevan di kawasan ini. Ia memperkuat peran Amerika Latin melalui penunjukan uskup, fokus pada isu sosial, dan dialog dengan umat.
Tantangan seperti polarisasi Gereja dan sekularisme menanti, tetapi dengan semangat Agustinian dan jiwa Amerika Latin, Leo XIV siap membawa Gereja ke era baru.
Habemus Papam adalah panggilan untuk Gereja yang hidup, yang merangkul semua orang, dari permukiman Buenos Aires hingga dataran tinggi Peru. Amerika Latin, melalui Fransiskus dan Leo XIV, telah mengukir jejak abadi, dan pengaruhnya terus membentuk Gereja yang inklusif dan penuh kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI