Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Malam yang Menggenggam Cahaya, Refleksi Puitis atas Vigili Paskah 2025

19 April 2025   18:04 Diperbarui: 19 April 2025   18:04 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Malam yang Menggenggam Cahaya:
(Refleksi Puitis atas Vigili Paskah 2025)

Dalam Missale Romanum, St. Agustinus menegaskan Vigili Paskah sebagai "ibu dari segala vigili suci." Sebuah gelar yang tak berlebihan, sebab malam ini adalah simfoni rohani yang memukau, menari di antara kegelapan dan cahaya, sabda dan sakramen, kematian dan kebangkitan. Siapa pun yang pernah melangkah ke dalam gereja yang kelam, hanya untuk disapa nyala lilin Paskah, pasti merasakan getar sukacita yang tak terucapkan. Ini bukan sekadar Misa: ini adalah perjalanan jiwa, sebuah puisi ilahi yang ditulis dengan api, air, dan kasih.

Vigili Paskah adalah liturgi terpanjang dalam setahun, namun setiap detiknya berharga. Ia menggenggam bacaan Kitab Suci yang menggugah, ritus-ritus yang memukau, dan momen ketika Gereja bertumbuh dengan kelahiran baru para katekumen melalui Pembaptisan, Penguatan, dan Komuni Suci dalam satu malam. Berbeda dari Misa Minggu biasa, Vigili Paskah adalah pesta rohani yang tak ada duanya, mengajak kita menyelami kisah keselamatan dari Penciptaan hingga Kebangkitan.

Akar Kitab Suci: Kisah Cinta yang Tak Pernah Usai

Vigili Paskah berpijak pada Kitab Suci, fondasi kokoh Pekan Suci. Dari ayat-ayat Keluaran 12:42, kita mendengar gema malam ketika umat Israel berjaga untuk Tuhan, dan dari Lukas 12:35-37, kita diajak menjadi pelayan yang setia, menanti Tuhan dengan lampu yang tetap menyala. Tapi malam ini lebih dari sekadar kisah Yesus yang wafat dan bangkit. Ia adalah lukisan besar tentang kasih Allah sepanjang sejarah: dari Perjanjian Lama yang penuh janji, hingga Perjanjian Baru yang mewujudkan harapan.

Seperti sungai yang mengalir, Vigili Paskah membawa kita melintasi waktu: dari Penciptaan, keluaran dari Mesir, hingga suara nabi-nabi yang merindukan Mesias. Ini adalah kisah cinta yang tak pernah usai, di mana Allah terus mencari, memanggil, dan menyelamatkan umat-Nya termasuk kita, yang rapuh namun dikasihi tanpa syarat.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Paus Pius XII: Mengembalikan Malam kepada Maknanya

Vigili Paskah yang kita kenal hari ini belum selalu seperti ini. Di Abad Pertengahan, liturgi Pekan Suci sering digelar pagi hari, mengaburkan esensi "berjaga di malam hari." Umat awam pun sulit hadir. Namun, di tahun 1950-an, Paus Pius XII mengubah segalanya dengan dokumen Maxima Redemptionis (1955). Ia mengembalikan Vigili Paskah ke malam hari, sesuai makna sejatinya, dan membuka pintu lebar-lebar bagi umat untuk ikut merayakan.

Berkat Paus Pius XII, kita kini bisa merasakan keajaiban malam ini: sebuah perayaan yang bukan hanya milik para imam, tetapi milik seluruh Gereja, yang bersama-sama menanti kebangkitan Kristus dalam sukacita dan doa.

Upacara Cahaya: Nyala yang Menembus Kegelapan

Pada Jumat Agung, gereja hening, altar kosong, patung-patung ditutupi. Sabtu Suci pun berlalu tanpa Misa pagi, seolah gereja ikut "beristirahat" bersama Yesus dalam makam. Paus Fransiskus pernah berkata, "Ada saat hidup terasa seperti makam tertutup: semua gelap, hanya duka dan keputusasaan. Tapi Yesus datang lebih dekat, untuk menghidupkan kita kembali." Dan malam itu, Vigili Paskah menjadi jawaban atas kegelapan itu.

Setelah matahari terbenam, umat berkumpul di gereja yang kelam. Pastor mengajak semua melangkah keluar untuk Upacara Cahaya. Di luar, api menyala, menghalau dingin malam. Pastor mengukir salib pada Lilin Paskah, menyalakannya, dan dengan asap kemenyan yang harum, membagikan cahaya itu ke lilin-lilin kecil di tangan umat. Saat prosesi kembali masuk, gereja yang tadinya gelap kini diterangi nyala Kristus-sang Terang Dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun