Setelah makan cukup, Kipo akhirnya membungkus diri jadi kepompong. Tapi sifat buru-burunya masih ada. Setiap 5 menit, ia nyeletuk dari dalam kepompong:
"Lula, udah bisa belum nih sayapnya? Kok gelap banget di sini? Gue kira jadi kupu-kupu itu tinggal filter IG!"
Lula mengelus dahi. "Kipo, kamu harus slow down. Proses itu penting! Dulu gue juga..."
"GAK TAHU LAH, GUE KELUAR AJA DEH!"
BRUK! Kipo menyobek kepompongnya prematur. Hasilnya? Sayapnya kusut seperti kresek bekas gorengan, dan tubuhnya mirip perpaduan ulat + kupu-kupu yang kena glitch di video game.
"Lihat?! Gue jadi kupu-kupu!"Â seru Kipo bangga, meski terbangnya miring-miring kayak drone dicolok pistol air.
"ITU KUPU-KUPU ATAU BURUNG YANG KENA STROKE?!"Â teriak belalang sembari ngakak.
Lula menghela napas. "Kipo, kamu harus sabar. Ulat aja butuh waktu jadi kepompong 2 minggu. Kamu cuma 2 hari!"
"TAPI KATA TIKTOK, INSTANT TRANSFORMATION ITU ADA!" protes Kipo, sambil nyangkut di jaring laba-laba.
Epilog: Pesan yang (Terpaksa) Diingat
Setelah insiden memalukan itu, Kipo akhirnya rela "puasa" lagi dengan benar: berhenti buru-buru, belajar sabar, dan yang penting: TIDAK PERCAYA TANPA BACA ARTIKEL SAMPAI HABIS. Dua minggu kemudian, ia muncul sebagai kupu-kupu dengan sayap biru elektrik yang viral di kalangan serangga.
Transformasi butuh waktu, bukan instant noodle. Puasa boleh, tapi semangatnya diukur-ukur jangan sampai over dosis. Dan yang paling penting: Kalau mau jadi kupu-kupu, jangan sok pintar motong kepompong -ntar dikira failed experiment Marvel!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI