Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Terjadi Bentrok Tentara Israel-Palestina, Kok Shireen Abu Akleh Tertembak

14 Mei 2022   23:30 Diperbarui: 14 Mei 2022   23:52 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Foto/Khuloud Assaf attari 

Pada Rabu, 11 Mei 2022, kelabu memang. Pasalnya, tewas karena peluru tentara, jurnalis senior Al Jazeera, Shireen Abu Akleh. Sebagai seorang kuli tinta, ia berada di Kota Jenin, saat tertembak. Kota Jenin merupakan kota bagi para pengungsi Palestina. Awalnya, kota Jenin milik Palestina, namun 2002 menjadi milik Israel. Shireen hadir disana untuk meliputi kota pengungsi itu. Tidak hanya Shireen sendiri. Ia ada disana bersama jurnalis Al Jazeera yang lain.

Dihimpun dari berbagai media massa, Shirren dan teman-temannya sedang meliput para pengungsi Palestina. Tiba-tiba kepalanya terkena peluru tajam. Shireen dibawa ke rumah sakit dengan berharap nyawanya tertolong. Namun, nasibnya berkata lain. Rumah sakit kemudian mengumumkan Shireen meninggal dunia. Terkena tembak pun bukan hanya Shireen, namun juga salah seorang jurnalis Al Jazeera yang lain pun terkena peluru tembakkan.

Herannya, tak terjadi bentrok antara tentara Israel-Palestina, namun nyatanya Shireen dan salah seorang temannya, terkena tembak. Aneh bin ajaib. Meninggalnya Shireen, jurnalis senior kelahiran Yerusalem, 51 tahun lalu itu, bukannya harus disampaikan ke publik ada pihak yang bertanggungjawab, tetapi justru meninggalnya Shireen telah menimbulkan kecurigaan kedua tentara negara yang saling bentrok itu. Israel dan Palestina, saling menuduh.

Menuduh, akar dosa dari ketidakjujuran

Klaim Perdana Menteri Israel, disini, saling menuduh, disini, tak menyelesaikan masalah kematian Shireen, jurnalis yang memiliki double kewarganegaan, Palestina-Amerika. Saling menuduh, merupakan sikap lempar batu sembunyi tangan. Saling menuduh, dasar ketidakjujuran. Saling menuduh, cikal bakal, rantai dosa yang bercokol dalam hati; yang tak akan menjamin keamanan.

Padahal, jurnalis, suatu pekerjaan yang netral. Pekerjaan yang membawa warta berita, sesuai dengan fakta dan data lapangan yang sedang terjadi. Situasi sosial yang tercermin dalam berita lapangan, tanpa rekayasa, malahan dimatikan dalam suatu realitas sosial yang ganas. Realitas sosial riil, nyatanya mengandung realitas sosial lain, yang tersembunyi. Realitas sosial semacam inilah yang boleh dikatakan "air riak bukan tanda tak dalam", tetapi "air yang hanyut jauh berbahaya". Berbahayanya karena "air yang hanyut didalamnya" terdapat sniper yang sedang memantau dan siap melepaskan niat jahat yang sedang bercokol dalam hatinya.

Shireen Abu Akleh, Jurnalis Al Jazeera, selama 25 Tahun

Menjadi seorang jurnalis, bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Apalagi bertugas di daerah-daerah konflik yang tak pernah berujung seperti Israel-Palestina. Menjadi seorang jurnalis adalah panggilan. Panggilan atas hati nurani, yang ingin menyampaikan fakta, data, dan kebenaran apa adanya.

Informasi yang ditampilkan ke ruang publik sesuai fakta, data, dan kebenaran atas realitas sosial yang terjadi, adalah sebuah tantangan. Sebagai sebuah tantangan karena seorang jurnalis menyampaikan apa adanya. Menyampaikan apa adanya, ternyata menyakitkan disisi bagi pihak sebagai penyebab atas kenyataan riil. Sementara disisi yang lain, menyampaikan kebenaran, menjadi kebanggaan atas pihak yang merasa dirugikan.

Shireen, jurnalis di Al Jazeera sebagai seorang reporter sekaligus camera woman. Sebagai reporter, Shireen mengabarkan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan dalam bahasa seorang jurnalis. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan di lokasi terekam. Disinilah, peran sebagai camara woman, mengambil peran. Peran ganda inilah menjadi bukti penguat, memberitakan fakta, data, dan kebenaran.

Sebagai seorang jurnalis Al Jazeera dengan rentang waktu selama 25 tahun, tentu Shireen menjadi sosok yang tidak asing di media massa, khususnya Al Jazeera, sebuah media massa ternama di wilayah Arab.

Selama 25 tahun menjadi jurnalis, tentu Shireen merekam banyak jejak. Jejak-jejak yang direkam baik melalui alat-alat elektronik maupun buku, tentu akan menjadi sumber primer yang menguatkan. Maka tidak heran, produktivitas dan kreativitas yang menginspirasikan banyak pihak, menjadi Shireen sebagai orang yang diincar pihak yang merasa sakit hati, akibat tangkapan realitas riil oleh reporter dan camera woman. Tertembak Shireen, menjadi renretan panjang yang tak terbaca. Namun, peristiwa kematian Shireen baru terungkap, garis panjang dari sebuah rencana tersembunyi selama ini, menjadi sebuah rentetan garis yang terang benderang.

Shireen, kini tiada lagi. Ia pergi selamanya. Ia pergi, tetapi  fakta, data, dan kebenaran pasti akan terungkap. Karena kebenaran ialah kebenaran. Kebenaran ialah fakta dan data yang direport dan direkam oleh camera. Selamat Jalan Shireen, abadi namamu terukir dalam guratan media massa dunia, simbol fakta dan data yang akan terungkap di waktu yang akan datang, sebagai fakta kebenaran atas sikap saling tuduh yang terjadi saat ini. ***

Pangkalpinang, 14 Mei 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun