Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Dia Mengatakan, Papa Mama Hiero Bosan!

25 Mei 2020   21:24 Diperbarui: 25 Mei 2020   21:31 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melukis pohon dan hewan|Dokpri

Selama pandemi Covid-19, sekolah-sekolah pun libur. Libur berarti tidak ada aktivitas di sekolah. Sedangkan aktivitas seperti selama ini dilakukan di sekolah, dijalankan di rumah. 

Satu minggu awal, sebelum terasa berat dan sulit. Mulai masuk minggu kedua, tugas-tugas sekolah untuk anak mulai banyak. Masuk minggu ketiga, saya sendiri mulai menyadari, kok anak saya baru TK Besar, tugas begini banyak! 

Bagaimana dengan anak-anak SD, SMP dan SMA, cetus saya dalam hati. Sementara itu, masuk minggu ketiga, anak saya mulai merasa bosan. 

Bosan karena selama sehari, ada tiga tugas sekolah harus diselesaikan kemudian diphoto lalu dikirim ke group TK Besar mereka. Itu pun mungkin, anak saya paling terlambat untuk mengirimkan hasil kerja tugasnya.

Sementara mendampingi kerja tugas anak, isteri tetap masuk kerja seperti biasa, karena tuntutan kantornya. Sayalah yang harus mendampingi kerja tugas anak. Tugas-tugas anak itu macam-macam. 


Mulai dari menulis biasa, menulis indah, berhitung, menggambar, merekam video menyanyi, merekam membaca sajak, sampai pada kerja tugas-tugas prakarya lalu diphoto dan dikirimkan ke group. 

Dalam mendampingi kerja tugas-tugas anak saya ini, ternyata bukan hal yang mudah dan gampang. Hanya awal di minggu pertama yang terasa begitu gampang. Karena anak saya masih turut dan patuh untuk mengerjakan tugas-tugasnya. 

Mungkin bukan hanya anak yang merasakan capek tetapi saya juga merasakan bosan dan capek.

Megerjakan tugas sekolah dari rumah|Dokpri
Megerjakan tugas sekolah dari rumah|Dokpri

Dalam situasi bosan, capek dan jenuh, apa yang dilakukan saya kepada anak untuk mengusir kejenuhan dan kebosanannya? Inilah pertanyaan pokok yang terus bergemuruh dalam pikiran saya. 

Sementara anak sendiri mulai berkomentar macam-macam tentang kerja tugas dan suasana di rumah setiap hari, yang diciptakan seperti suasana di sekolah. 

Jujur saya harus katakan kepada anak saya, bahwa nak, inilah yang harus anakku lewati. Tugas harus diselesaikan. Mungkin setelah itu, kita akan bermain-main dengan santai. 

Rupanya apa yang saya katakan, anakku tetap tidak mau. Saya bujuk untuk selesaikan tugasnya, anakku tetap ngotot dan mati-matian tidak mau. 

Katanya, papa, Hiero bosan! Ketika dia sudah mengatakan bahwa Hiero bosan, ya..., saya pun diam, dengan mengatakan kepadanya, ok sayang..., papa gak mau paksa kamu, nak! Papa hanya bingung kalau-kalau masuk SD, Hiero gak bisa apa-apa! Anak saya hanya diam. 

Kemudian, anakku minta izin untuk bermain sepeda di halaman rumah. Saya hanya mengangguk saja. Dalam hati, saya tahu anak saya sudah jenuh dan bosan.

Dari pada saya paksa, saya pun membiarkan beberapa hari untuk tidak mengajak anak untuk mengerjakan tugasnya. Namun, apa yang saya lakukan ini, rupanya bermasalah ketika berhadapan dengan isteri. Isteri ngomel-ngomel saya, bahwa saya tidak mau mendampingi kerja tugas anak. 

Saya pun hanya diam sejenak. Saya melihat wajah isteri sepertinya masih tetap tidak puas, lalu saya dengan perlahan mengatakan, Hiero itu masih TK, dia sudah begitu bosan. 

Anak itu sudah jenuh dengan kerja tugas yang begitu banyak. Walau suasana bosan, jenuh, dan capek yang dirasakan anak, saya tetap memiliki komitmen untuk mendampingi anak saya. 

Dalam kesulitan mendampingi anak saya pada beberapa minggu terakhir ini saya memutuskan menghindari anak dari tugas-tugasnya dengan beberapa kegiatan produktif berikut ini:

Pertama, mengajak anak saya jalan-jalan ke pantai. Saya sendiri tahu bahwa ada beberapa pantai, seperti pantai Pasir Padi, pantai Temberan, dan lain-lain yang ditutup dari kunjungan. Karena tertutup dari pengunjung, kami pergi ke pantai yang bisa dilewati melalui jalan lain.

Ajak Hiero Jalan-jalan|Dokpri
Ajak Hiero Jalan-jalan|Dokpri

Kedua, mengajak anak ke kebun. Di kebun anak saya benar-benar merasa bebas. Saya membiarkan apa yang dilakukan sambil saya mendampinginya. Dia mau berenang di kolang (kolam air alami), dia mau ikut menggali tanah dan ikut menanam coklat dan porang. Dia mulai mencari sarang burung, dan lain-lain. Setelah dia merasa happy, saya mulai ajak pulang.

Dokumen pribadi, Hiero berada di kebun kami|Dokpri
Dokumen pribadi, Hiero berada di kebun kami|Dokpri

Ketiga, mengajak anak untuk menggambar apa saja. Disinilah, saya meminta dia untuk menggambar apa yang diminatinya. Saya membiarkan dia menggambar dino saurus, donatrodon, ular naga, tupai purba, T-rex, kolam, pohon, dan lain-lain. 

Setelah menggambar, saya meminta dia untuk mewarnainya. Gambar di atas merupakan salah satu hasil ekspresi hati anakku dari kejenuhan dan kebosanannya.

Keempat, mengajak anak untuk bermain game yang telah lama dia main. Dia sendiri mencari dirak bukunya. Game-game yang dulu dia gemar bermain, dia ambil dan bermain lagi, walaupun tidak sampai setengah jam, cetusnya, papa Hiero sudah bosan dengan permainan ini.

Kelima, mengajak anak bersepeda sore-sore bersama teman-temannya. Selama berada di rumah, bersepeda bersama teman-teman seumurnya di tetangga sebelah adalah kegiatan yang rutin setiap sore. 

Bahkan sampai malam hari pun mereka masih bermain sepeda. Saya tetap membiarkan anak saya bermain bersama anak-anak tetangga, sambil mengingatkan dia jangan lupa mandi dan makan.

Keenam, bermain game dan nonton di hp android dan tv. Walau permainan game di android dan menonton di tv termasuk rutin, tetapi juga ada titik jenuh dan bosan juga. Permainan game dan menonton di tv akhirnya juga jarang terjadi. Saya lebih cenderung mengajak anak untuk kegiatan di halaman rumah.

Ajak teman-teman nonton bareng|Dokpri
Ajak teman-teman nonton bareng|Dokpri

Dari banyak kegiatan dan permainan yang dilakoni anak saya selama masa pandemi Covid-19, lebih kurang ada tiga hal pokok yang saya temukan untuk kebutuhan dan perkembangan anak saya. 

Pertama, sikap egoimenya mulai perlahan-lahan berkurang. Malahan selalu berbagi dengan teman-temannya. Lebih dari itu, anak saya mulai terbuka dengan teman-temannya dan kami sebagai orangtua. 

Setiap kali selesai bermain, dia banyak bercerita bahwa asyik bermain dengan teman-temannya. Bahkan kepada teman-temannya yang merayakan lebaran, dia meminta kami orangtua untuk membeli minuman, lalu dia mengantar ke rumah teman bermainnya. Jiwa sosialnya muncul dan solider dengan teman-teman, terwujudkan.

 Kedua, sikap bosan dan jenuh yang dihadapinya, dia mulai menemukan caranya sendiri. Bosan menulis, dia mengambil game dan sarana permainan lama, mulai menggantikan aktivitas sebelumnya. Terkadang, dia mengajak untuk hanya jalan-jalan sebentar lalu pulang kembali, begitu seterusnya. 

Ketiga, ada sesuatu selalu dimulainya dengan berkomunikasi. Misalnya, papa mama Hiero boleh main sepeda dulu, boleh ke rumah teman, boleh ajak teman ke rumah kita, boleh ambil senter, boleh.... dan seterusnya.

Keseluruhan aktivitas dan dalam proses mendampingi anak, memang dibutuhkan sikap sabar, tekun, dan tenaga serta banyak waktu. Jika guru di sekolah begitu pamrih menghadapi dan mendampingi anak begitu banyak dengan dedikasi, mengapa orangtua mendampingi anak sendiri harus mengomel dan menggerutuh? 

Harusnya, orangtua tetap semangat, setia dan kebeningan hati untuk selalu mendampingi anak serta ikutserta dalam menumbuhkan kognitif, afektif dan psikomotorik anak. 

Biarkan anak mengekspresikan dirinya selama dia masih kuat dan semangat. Lanjutkan mendampingi anak wahai para orangtua, tidak hanya saat-sat pandemi Covid-19, tetapi selalu setiap saat. Anakku, harta termahal, anakku adalah duniaku di masa depan. **

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun