Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menalar "Dunia" Menurut Popper dan Konsekuensi Logis bagi Situasi Kita Kini

20 April 2020   10:33 Diperbarui: 20 April 2020   10:37 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ide Popper tentang ketiga dunia tadi, rupanya diinspirasi dari Stoici yang membahas tentang bahasa, yang dimiliki oleh manusia. Bagi Stoici bahasa yang dimiliki manusia terdiri dari tiga dunia, yaitu dunia suatu keadaan subyektif, psikologis, dan sejauh pemahaman bahasa yang melibatkan suatu perubahan dalam keadaan subyektif kita (Dunia 1). 

Dunia kedua, yaitu bahasa yang dimiliki manusia itu sejauh mengandung informasi, mampu menggambar sesuatu, menyampaikan suatu pesan penting yang mengandung efek perubahan lain. Dan terakhir, dunia ketiga adalah bahasa yang bersesuaian atau berbenturan satu dengan yang lainnya.

Dari deskripsi Popper tentang dunia dan Stoici mengenai bahasa, saya mencoba mengelaborasikan gambar dunia menurut Popper dan Stoici dalam bentuk gambar mirip seperti diagram Venn berikut ini.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Dari epistemologi Popper tentang "dunia" tadi, Popper lalu mengatakan bahwa dunia adalah segala hal yang ada, keseluruhan dari yang riil. Lebih lanjut, Popper menyebutkan "dunia" itu memiliki ciri-ciri antara lain: otonom yaitu isi obyektif pikiran (formal being), rasional-obyektif yang didalamnya ada dekripsi dan argumentatif atas dekripsi-deskripsi yang telah digambarkan, tak terbatas yang digambarkan bahwa ada ide dan teori yang keduanya saling bertautan satu sama lain, yang memunculkan ide-ide baru yang terbuka, dan serba mungkin yang berisi dunia formal yang mengandung jamak kemungkinan yang tersembunyi-karena itu "serba mungkin" sebab akan ada kemungkinan lain yang muncul seperti teknologi, tujuan baru dan kebutuhan baru.

Epistemologi Dunia Ketiga Popper


Dalam deskripsi pembahasan Popper tentang dunia, ia lebih banyak berarah pada "Dunia Ketiga". Mengapa? Bagi Popper untuk memahami dunia pertama dan dunia kedua yang telah banyak dibahas oleh para filsuf dan ilmuwan terdahulu, ia membuka wawasan dengan menerobos masuk ke dunia ketiga. 

Baginya dunia ketiga masih memiliki kemungkinan besar untuk memberikan epistemologi kritis atau pendekatan obyektivis, dengan study ilmiah yang dilakukannya. Sikap kritis Popper itu dibangunnya dengan suatu cara pikir yang tidak biasa yaitu yang disebutnya: "proses problem solving".

Melalui problem solving, Popper memahami epistelomogi tradisonal dan memasukkan pendekatan pengetahuan obyektivis. Popper merumuskan proses problem solving sebagai berikut: P1 -- TT -- EE -- P2. P1 sebagai problem awal atau simbol problem yang menantang pemecahan. 

TT sebagai teori tentatif, solusi pemecahan yang boleh kita ajukan atau kita uji. EE sebagai error elimination, evaluasi kritis untuk menemukan dan membuang kesalahan. Dan P2 sebagai problem baru atau simbol problem baru yang muncul dari proses yang telah dilalui dan terbuka kemungkinan untuk proses pemecahan selanjutnya.

Dalam proses problem solving ini, hemat Popper bukan pengetahuan subyektif yang digunakan melainkan pengetahuan obyektif-lah yang sangat penting untuk dipakai. Baginya pengetahuan subyektif itu disposisi-disposisi tertentu untuk bertindak yang dibawa sejak lahir dan telah dimodifikasi melalui pengalaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun