Mohon tunggu...
Alfonsius Febryan
Alfonsius Febryan Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi 'Fajar Timur'-Abepura, Papua

Iesus Khristos Theou Soter

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan dan Relasi Pandemi COVID-19

24 Oktober 2020   22:47 Diperbarui: 2 Juni 2021   11:49 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan dan Relasi Pandemi. | dok. pribadi

Setelah diketahui bahwa berbagai hasil penelitian ilmiah dianggap mencengangkan dan meruntuhkan asumsi-asumsi skeptis public tentangnya, kegiatan ilmiah mulai mendapat perhatian oleh negara.

Pandangan-pandangan yang dibangun oleh mitos dan agama mulai kehilangan otoritasnya, karena digantikan oleh penemuan-penemuan ilmuah. Dampaknya cukup fantastis, dana dan fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan ilmiah mulai digelontorkan besar-besaran oleh negara. 

Pendek kata, negara menyediakan dana, ilmuwan memproduksi pengetahuan, teknologi dan obat-obatan. Ilmu dan negara menemukan titik yang menguntungkan: kegiatan ilmiah berjalan karena pendanaan dan berbagai fasilitas tercukupi, negara lebih kooh karena berbagai penemuan ilmuah dan teknologi mendapat dukungan dari berbagai hal-hal teknis operasional dalam memperkuat posisi negara. Inilah tahap kedua dari bentuk relasi ilmu dan kepentingan, suatu bentuk untuk merayakan sekularisasi ilmu dalam dua tahap, menjauhkan agama dari negara dan mendekatkan ilmu moden dalam struktur negara.

Walau demikian, sejak abad ke-17, bukanlah hal baru bila negara menjadi pendukung utama pengembangan ilmu pengetahuan dan bahkan keduanya saling membutuhkan. Namun bukan karena hal itu saja, ilmu modern memperoleh tempatnya di hadapan publik. 

Di bawah kuasa negara, terdapat kepentingan sosial, politik, dan ekonomi, sehingga negara perlu memposisikan ilmu modern sebagai penyokong utama proses reproduksi pengerahuan dalam negara modern yang sedang dibangun. 

Melalui basis epistemology rasionalisme dan empirisme, ilmu modern dianggap sebagai mode pengetahuan yang mewakili hidup baru masyarakat modern. Suatu gaya hidup baru yang dipercaya bahwa segalanya membutuhkan bukti-bukti empiris dan bukti-bukti empiris itu membutuhkan pendasaran nalar yang dapat diterangkan akal budi.

Pendidikan dan kecerdasan bangsa

Di saat pandemi ini tentunya kenyataan tersebut sangat empirik terjadi dengan begitu gamblangnya. Dari tingkat dusun hingga perkotaan, mulai perkampungan sampai wilayah metropolitan, terikat oleh yang namanya jaringan, kuota data menjadi solusi terbaik, dan tentunya datang dari tindakan structural. 

Apalah daya ketika semuanya digagas dengan hanya di rumah saja membuat peserta didik pun mengoptimalkan jaringan tersebut guna mengikuti aktivitas persekolahan tepat sesuai pembagian kurikulum yang sudah dirancang dari tiap tahunnya. 

Hanya dengan layar semuanya dapat terjawab, diskusi hanya pada tingkat tanya jawab, tetapi apakah cukup untuk memberi keluasan pada tingkat dialektika dan logika dari tiap peserta didik. Peran orang tua kiranya sangat penting pada posisi ini, tapi tak dapat dipungkiri justru para orang tua harus berpikir untuk kesinambungan hidup dari hasil kerja mereka, pilihan antara menunjang pendidikan anak atau menafkahi keluarga dua dilema terbesar dan sangat menjadi keprihatinan tersendiri. Alhasil yang terberi adalah pendidikan gaya bank kata Paulo Freire, memenuhi isi kepala peserta didik dengan catatan dan juga tugas-tugas dari guru.

Baca juga: Disrupsi Digital, Generasi Z, dan Tren Belajar Online

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun