Mohon tunggu...
Alfonsius Febryan
Alfonsius Febryan Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi 'Fajar Timur'-Abepura, Papua

Iesus Khristos Theou Soter

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memanggil Nurani ke Dalam Empati

30 Maret 2020   21:33 Diperbarui: 30 Maret 2020   22:08 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisruh dua pengertian ini muncul lebih banyak dalam topic social distancing, tepat dirasakan oleh kaum marjinal, yang keseharian hidup membutuhkan orang lain demi menafkahi hidup, baik itu melalui jasa, tenaga, serta pelayanan demi kelangsungan ekonomi rumah tangga ataupun pribadi mereka. 

Hal tersebut banyak mencuat sebagai wacana publik dan sekali lagi mengarah justru pada kebijakan pemerintah, apakah mau untuk membiayai para hidup kaum marjinal ini bila social distancing sedang diterapkan di negeri ini? 

Justru menurut nurani mengapa harus menanyakan hal tersebut kepada pemerintah, apalah gunanya empati yang disuarakan nurani sebagaimana merupakan karunia dari Sang Khalik demi membantu sesama kita nan berkekurangan?

Kisruh marjinal dan suka duka mereka sesungguhnya menjadi titik untuk berbenah bagi bangsa yang mengunggulkan keesaan Tuhan sebagai asas dasar negri ini. Mengapa harus dikaitkan dengan Tuhan? karena konsekuensi mengakui Tuhan adalah turut ambil bagian dalam seluruh upaya kehendak Tuhan memperbaiki ciptaan-Nya seturut Ia menciptakan manusia baik adanya dengan kelengkapan budi serta nurani nan permai. Pandangan ini menjadi sebuah refleksi yang telah begitu lama dinalarkan oleh filsuf Martin Buber (1878-1965) dalam bukunya Ich und Du (I And Thou), ia menyatakan bahwa terdapat tiga relasi dalam diri dan kehidupan manusia.  

Pertama, relasi antara manusia dan sesamanya di mana diwujudkan dalam realitas hidup manusia yang dimaknai sebagai perjumpaan. Perjumpaan seseorang dengan orang lain tidak pernah berhenti. Setiap hari kita selalu berjumpa dengan orang lain. 

Oleh sebab itu, relasi di antara manusia selalu ada dan selalu seimbang. Kedua, relasi manusia dengan benda, sebagaimana dinyatakan bahwa Relasi manusia dengan benda-benda di sekitarnya sebenarnya tidak jahat bila manusia tidak memanipulasi dan tidak memperkosa, mengubah, atau memperalat It. Buber mengatakan: "And in all the seriousness of truth, listen: without It a human being cannot live. But whoever lives only with that is not human."

Dengan kata lain, kehadiran benda-benda yang ada di sekitar kita, memungkinkan kita lebih lancar dalam menjalani hidup. Ketiga, antara relasi manusia dengan Tuhan (eternal thou) dinyatakan bahwa manusia hanya dapat mengenal Tuhan sebagai Eternal thou dalam ketaatan melalui kepercayaan, karena manusia adalah makhluk ciptaan yang memiliki ketergantungan penuh kepada Tuhan. 

Oleh Karena manusia merupakan ciptaan, Pencipta akan selalu dekat dengan kary-Nya, sehingga pada titik tertentu manusia tidak pernah ditinggalkan oleh Penciptanya; manusia tidak pernah dilupakan oleh Penciptanya. 

Dengan demikian catatan singkat ini memberi sebuah paradigma dalam cara berpikir kita demi menanggapi panggilan nurani ke dalam empati. 

Adanya ketiga paradigma yang dipaparkan oleh Martin Buber dan teori social George Simmel menjadikan pikiran pada batin bangsa ini seharusnya perlu diluruskan bahwa sebagai manusia amat sangat bertanggung jawab terhadap sesamanya, karena memang pada tiap perjumpaan dalam relasi, mengharapkan perhatian, mengharapkan terdapat relasi demi menjawabi kebutuhan manusia secara seimbang. 

Wabah corona, sesungguhnya merupakan realitas social dan perlu untuk ditangani, namun dalam menolong sesama yang terkena dampak dari kebijakan wabah corona, amat mendesak kemanusiaan kita membantu sesama berkekurangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun