PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), emiten infrastruktur energi baru di Indonesia, mengalami volatilitas luar biasa sejak IPO---menyentuh batas autoreject atas (ARA) hingga sembilan kali dalam beberapa minggu terakhir sejak Juli 2025
FCA (Full Call Auction): Mekanisme penangguhan perdagangan di BEI ketika saham mengalami dua kali suspensi berturutturut. Penjualan dan pembelian hanya dilakukan melalui sistem lelang terbatas pada jam tertentu, bukan perdagangan bebas seperti biasa.
ARA (AutoReject Atas): Batas harian kenaikan harga saham (sekitar +2425%) yang otomatis menghentikan perdagangan apabila tercapai dalam satu sesi
Pada 22 Juli 2025, CDIA melonjak +24,69% dan mencapai batas ARA, dipatok di IDR 1.515 per saham
Setelah dua kali suspensi, BEI memindahkan perdagangannya ke FCA, membatasi investor untuk beli/jual secara kontinyu tetapi tetap bisa mencapai batas ARA atau ARB dalam lelang terbatas.
Ketika dibuka kembali pada 25 Juli 2025, saham CDIA langsung menyentuh ARA lagi naik sekitar 9,9% (dari 1515 menjadi 1665 *per-lembar), kali ini diperdagangkan pada IDR 2.300 di pasar negosiasi
Mengapa Bisa Sedemikian?
1. Momentum spekulatif yang tinggi, terutama karena aksi pembelian oleh direksi dan investor tertentu saat suspensi, menggiring harga naik drastis.
2. Saham baru dengan likuiditas rendah, memungkinkan pergerakan besar meskipun volume kecil.
3. Minat investor ritel tinggi, sering berkonsep FOMO (Fear of Missing Out) ketika saham mulai ramai.
Lonjakan saham CDIA ARA berkali-kali dan perpindahan ke FCA menunjukkan betapa cepatnya spekulasi dapat memicu volatilitas ekstrem di saham baru dengan likuiditas rendah. Untuk investor yang sudah paham investasi, hal ini menjadi pelajaran penting: menyeimbangkan potensi keuntungan dengan risiko, memahami mekanisme market suspension, serta memiliki strategi keluar yang jelas.
Semoga artikel ini membantuÂ