Mohon tunggu...
Alfiyatul Ilmiyah
Alfiyatul Ilmiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

apa saja yang penting seru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Marah pada Anak Saat Mereka Berbuat Kesalahan, Apa Dibenarkan?

27 September 2022   18:36 Diperbarui: 27 September 2022   18:42 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa dimana kita sangat ingin tahu banyak hal tentang dunia disekitar kita adalah masa kanak-kanak. Anak-anak akan melakukan berbagai hal yang menurut mereka menarik berulang-ulang kali. 

Hal yang menurut para orang dewasa biasa, menurut mereka hal tersebut akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Anak memiliki kacamata yang berbeda dari kita, apa yang mereka lihat akan berbeda dengan bagaimana kita melihat dunia. 

Apa yang menurut para orang dewasa merupakan respon biasa, berkemungkinan akan menjadi hal yang mengejutkan bagi anak-anak. Begitu juga dengan memarahi anak-anak. 

Bahkan ketika kita tidak memiliki niat untuk marah, respon marah tersebut biasanya akan keluar dengan sendirinya tanpa kita sadari, saat suatu hal tidak berjalan sesuai dengan kemauan kita atau saat seseorang melakukan kesalahan. 

Respon marah yang menurut kita biasa, akan mengejutkan anak-anak, karena mereka dihadapkan oleh kita yang secara tiba-tiba mengeraskan suara kita, berteriak kepada mereka.

Padahal ketika kita marah, pikiran kita akan didominasi dengan keinginan untuk tidak membiarkan penyebab kemarahan kita terjadi lagi. Sehingga kita lupa apakah kesalahan tadi benar-benar murni disengajakan atau hanya sebatas keingintahuan anak-anak. 

Namun, satu hal yang kita lupakan, anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa. Mereka punya dunia mereka sendiri dan punya cara tersendiri untuk memandang dunia.

Respon yang akan ditunjukkan anak akan berbeda-beda pada setiap individu. Akan ada anak yang menutup diri kepada lingkungan mereka, bahkan mereka akan takut menyampaikan pendapat, karena takut untuk dimarahi lagi. 

Ada juga yang akan memberontak dan berani kepada orang tua mereka, karena mereka merasa terbiasa dan berpikir ‘nanti aku akan diteriaki dan akan selesai selama aku meminta maaf’, selain itua ada juga yang akan merespon balik ucapan orang tua dan mengacuhkan omongan orang tua, serta kemungkinan terburuknya mereka akan menyepelekan makna dari kata maaf. 

Terlalu sering dimarahi tidak akan membuat mereka jera. Mereka akan berpikir bahwa hal itu adalah respon yang biasa dan akan melakukan hal yang sama kepada orang lain saat orang lain tadi melakukan kesalahan.

Marah bukan cara untuk tidak memanjakan anak. Marah bukan cara untuk menunjukkan kuasa kita, kekuatan kita. Marah bukan cara untuk mendisiplinkan anak. Marah itu boleh asal cara marah kita tidak berlebihan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun