Realitas keadaan ini seakan -- akan menjadi tamparan keras bagi wajah mahasiswa Indonesia yang dulu terkenal garang dan berpengetahuan luas. Kurangnya wawasan pengetahuan itu pada akhirnya mengakibatkan ketidakpekaan mahasiswa dalam menangkap isu -- isu sosial, politik, ekonomi, budaya yang ada dalam masyarakat. Mahasiswa yang orientasi utamanya adalah social control seakan akan sudah mengesampingkan dan melupakan tujuan mulia itu.Â
Mereka sudah acuh tak acuh atas apa yang terjadi dalam masyarakat. Selain itu orientasi mahasiswa sebagai agent of change atau agen perubahan hanyalah suatu wacana yang utopis. Kenapa seperti itu? Sangat jelas alasannya, mahasiswa hari ini hanyalah sekumpulan manusia rongsokan yang hanya mementingkan kegiatan unfaedah mereka.Â
Kegiatan yang praktis, tidak mengutamakan proses serta yang paling parah adalah melemahkan nalar kritis dalam berfikir. Dengan realitas yang seperti itu sangat  tidak mungkin sekali mahasiswa akan  bisa menjadi agen perubahan dalam kehidupan masyarakat. Maka kesimpulan yang bisa kita ambil adalah arus globalisasi dan perubahan sosial yang begitu cepat terjadi ternyata mengakibatkan adanya disorientasi gerakan pemikiran mahasiswa.Â
Secara tidak langsung terjadinya disorientasi ini diprediksi akan menimbulkan beban masalah baru bagi negara, dimana mahasiswa yang digadang -- gadang akan menjadi generasi emas penerus bangsa justru akan menjadi manusia yang membebani bangsa itu sendiri. Karena mahasiswa yang dianggap mempunyai pemikiran -- pemikiran kritis dan visioner sudah tidak lagi mempunyai itu, nalarnya sudah mati karena prosesnya ketika menjadi mahasiswa tidaklah begitu maksimal dan sia -- sia.
"Makin sulit sebuah perjuangan, maka akan semakin indah ketika mencapai kemenangan. Jadilah Mahasiswa yang tidak kenal lelah dalam meraih impianmu"