Mohon tunggu...
Alfin Febrian Basundoro
Alfin Febrian Basundoro Mohon Tunggu... Freelancer - Menuliskan isi pikiran, bukan isi hati

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UGM 2018, tertarik pada isu-isu politik dan keamanan internasional, kedirgantaraan, militer, dan eksplorasi luar angkasa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Nasib Industri Aviasi Militer Rusia: Kemunduran MiG dan Kebangkitan Sukhoi

19 Oktober 2019   14:32 Diperbarui: 19 Oktober 2019   14:35 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://aviation.stackexchange.com

Bahkan, sebagian negara bekas Blok Timur yang dahulu amat bergantung pada  produk aviasi Uni Soviet juga mulai beralih ke produk Barat, seperti F-16, JAS-39 Gripen, dan Dassault Rafale.

Selain karena defisit dalam pendanaan, kurangnya inovasi ditengarai menjadi salah satu faktor penyebab kemunduran MiG usai Perang Dingin. Pada 1992-1993,

Rusia memang pernah mendirikan proyek peswat multiperan baru untuk memperbarui MiG-29 dan Su-27 sekaligus dengan nama 'Proyek 1.44'. Proyek tersebut bertujuan untuk menjawab AS yang juga mendirikan proyek serupa bertajuk Advanced Tactical Fighter yang kelak akan melahirkan F-22 Raptor. Sebuah prototipe berhasil dibuat pada 1994, meskipun belum dapat diterbangkan.

Prototipe tersebut menjalani serangkaian uji darat (ground test). Meskipun begitu, sebagaimana dikutip dalam Modern Book of Great Warplanes, teknologi yang digunakan dalam prototipe tersebut tak jauh berbeda dengan MiG-29, dengan mesin yang sama dengan Sukhoi Su-27, Saturn-Lyulka AF-41.

Tentu bukan prototipe yang ideal, mengingat prototipe AS mengusung konsep 'pesawat tempur generasi kelima' dengan teknologi stealth yang membuatnya sulit dilacak radar dan teknologi avionik yang seratus persen digital. Uji coba terbang prototipe tersebut bahkan terlambat lebih dari tujuh tahun, dengan penerbangan pertama pada 29 Februari 2000.

Berbagai problem kemudian menghentikan uji coba pesawat tempur MiG 1.44 tersebut, dan akhirnya MiG resmi membatalkannya tak lama setelah uji terbang perdana. Meskipun begitu, ada isu bahwa proyek tersebut akan dilanjutkan setelah 2020, di mana pada MAKS 2015 (pameran udara internasional Rusia) desain baru dari MiG 1.44 bernama Mikoyan LMFS dipamerkan dalam bentuk maket statik. 

Diversifikasi produk juga menjadi masalah pelik dalam manajemen produksi MiG. MiG tak pernah lagi menelurkan produk pesawat tempur baru setelah dibatalkannya Proyek 1.44.

Meskipun pernah mendesain sebuah pesawat latih bernama MiG AT untuk menggantikan L-39 Albatros yang telah lebih dari tiga dasawarsa menjadi pesawat latih AU Rusia, namun lagi-lagi desain dan teknologi yang diterapkan dalam MiG AT tak membuat AU Rusia puas.

Yakovlev Yak-130 akhirnya menjadi pilihan, padahal MiG AT merupakan kolaborasi pertama antara Blok Timur dan Blok Barat yang cukup ambisius. MiG hanya memfokuskan diri pada pengembangan pesawat tempur multiperan, dengan basis MiG-29.

Hasilnya adalah berbagai varian seperti MiG-29K, MiG 29M, dan Mig-29SM. Produk terbarunya adalah MiG-35, dengan teknologi avionik generasi keempat plus, dengan instrumen digital.

MiG enggan menyasar pasar pesawat sipil, padahal strategi tersebut dapat menjadi alternatif untuk memperbaiki keuangan, mengingat biaya produksi pesawat sipil seringkali lebih murah daripada pesawat tempur dan kebutuhan akan pesawat penumpang jauh lebih besar, seiring dengan perkembangan maskapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun