Wilayah traditional banjar terbagi menjadi dua wilayah yang berjauhan, antara wilayah-wilayah Kayutangi yang meliputi Banjarmasin dan Martapura serta Marabahan dan wilayah hulu sungai dipedalaman  berjarak hampir lebih dari satu minggu mudik ke hulu menggunakan perayu traditional biasa atau satu hari penuh menggunakan perahu mesin.Â
Hulu Sungai terbagi menjadi beberapa Kabupaten, yaitu Kabupaten Tapin berikota di Rantau, Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang beribukota di Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang berikota di Barabai, kabupaten Hulu Sungai Utara yang berikota di Amuntai, Kabupaten Balangan yang beribukota di Paringin, dan Kabupaten Tabalong yang berikota di Tanjung. Selain itu ada daerah-daerah kecamatan terkenal yang dahulu merupakan wilayah traditional diwilayah Batang Banyu ( Pinggiran Sungai ) seperti Margasari, Negara dana, sungai banar dekat amuntai dan Kalua dekat tanjung tabalong.
Di Hulu sungai lah sebenarnya pusat peradapan dan kebudayaan orang Banjar terbentuk dan menjadi besar dan tetap hidup hingga sekarang ini. Rasanya sulit sekali untuk memahami banjar tanpa memahami Hulu Sungai.
Hulu Sungai merupakan wilayah Hulu dari Sungai Bahan, Sungai Bahan sendiri merupakan sungai besar yang bermuara di muara bahan di sungai barito,
Hulu sungai terbentuk dari beberapa sungai yang bersumber dari kaki-kaki pegunungan meratus, seperti Sungai Tapin, Sungai Amandit, Sungai Barabai, Sungai Labuan Amas, Sungai Batang Alai, Sungai Balangan, sungai Pitap, Sungai Tabalong dan sebagainya, seluruh anak sungai ini bermuara dan bertemu disebuah wilayah yang disebut dengan nama Negara daha, dimana pusat pemerintahan dan perdagangan terbentuk selama ribuan tahun lamanya.
Topografi Hulu sungai sebagian besar adalah rawa-rawa dan lahan gambut, dan sebagaian lagi merupakan wilayah daratan dari kaki-kaki Pegunungan Meratus, wilayahnya sebenarnya tidak terlalu luas dengan diameter kurang lebih sekitar 60 km saja. hulu sungai menjadi daerah yang indah, jika dari pegunungan anda akan melihat rawa-rawa yang indah dengan berbagai beragam keunikannya,matahari yagn tenggelam di balik rawa-rawa dan hembusan angin yang menyegarkan, dan jika anda dari rawa-rawa akan ada saat dimana limpahan air yang coklat bening khas air rawa-rawa gambut membuat suasana seperti lautan dan pemandangan pegunungan meratus akan selalu menjadi latar paling indah disana.
Wilayah hulu sungai juga merupakan wilayah yang subur dengan sumber daya alam melimpah yang tidak akan membuat penduduknya kelaparan, dengan musim tanam dua musim, musim hujan di wilayah tadah hujan dekat kaki-kaki pegunungan meratus hingga sistem huma di Pegunungan Meratus, di musim kemarau padi akan ditanam dipinggir pinggir rawa-rawa atau danau yang mengering, selain itu ikan-ikan yang melimpah merupakan sumber protein yang sangat mencukupi dan berbagai buah-buah dapat dengan mudah ditemui. Dahulu Hutan dirawa-rawa hulus ungai sangat lebat dengan pohon-pohon besar menutupi matahari dimana binatang-binatang buruan seperti Rusa sampar yang besar, kancil dan burung-burung dapat ditemui sebagai alternative pangan. Hutan-hutan tersebut masih bisa ditemui beberapa tahun yang lalu sebelum habis dibabat oleh perambahan perkebunan sawit.
Wilayah ini juga dikelilingi oleh benteng alam yang sulit ditempus, tentu saja para lanun atau bajak laut enggan dan tak berani memasuki wilayah pedalaman ini, yang membuat wilayah ini aman dari ganggunan luar.
Selain itu wilayah pegunungan meratus menghalangi serangan musuh dari wilayah timur dan utara, dan jikapun musuh berhasil sampai ke hulu sungai melewati pegunungan mereka akan tetap kesusahan memasuki wilayah rawa-rawa, seperti saat Peperangan di Perempat akhir abad 1700 pangeran Purbaya bersama pasukan Bugis menyerang hulu sungai namun berhasil dihancurkan.
Diwilayah ini pula dipercaya orang-orang Sriwijaya datang menetap dan membawa pengaruh melayu, mendirikan koloni koloni melayu awal yang bercampur dengan penduduk-penduduk pribumi setempat.Â