Mohon tunggu...
alfi azizah
alfi azizah Mohon Tunggu... Guru

Saya seorang guru kimia yang suka dengan hal dan pengalaman baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Digital Green Chemistry: Inovasi Pembelajaran STEM untuk Pendidikan Bermutu Menuju Indonesia Maju Abad 21

26 September 2025   00:22 Diperbarui: 26 September 2025   00:22 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Ilustrasi siswa sedang belajar kimia menggunakan aplikasi digital Phet Simulation (sumber: desain canva)

Abad 21 adalah masa yang memberikan peluang sekaligus tantangan, yang mana teknologi berkembang dengan pesat, konektivitas global yang semakin erat, hingga kesadaran akan isu lingkungan yang semakin mendesak. Untuk menghadapai realistis ini, dunia pendidikan dituntut untuk menghadirkan inovasi yang relevan dengan perubahan zaman. Siswa kita bukan lagi sekedar membutuhkan buku teks pelajaran dan hafalan, melainkan juga perlu disediakan literasi baru seperti literasi digital, literasi data, dan literasi lingkungan. Apalagi di era revolusi industri saat ini, seseorang dituntut untuk mempunyai keterampilan 4C, yakni critical thinking, creativity, collaboration, dan communication. Keterampilan ini hanya bisa terwujud apabila pendidikan dirancang secara visioner. Oleh sebab itu, pendidikan bermutu adalah kunci untuk melahirkan generasi adaptif, inovatif, sekaligus peduli terhadap lingkungan. Namun, realistis di lapangan banyak sekolah yang masih berkutat pada metode konvensional, seperti ceramah panjang, minim praktik, serta eksperimen di laboratorium yang terbatas oleh biaya dan keamanan. Akibatnya, kimia yang seharusnya seru dan penuh makna sering dianggap sebagai mata pelajaran yang abstrak dan “menakutkan” oleh siswa. Disinilah, Digital Green Chemistry hadir sebagai inovasi pembelajaran STEM yang menjanjikan pendidikan bermutu dan siap hadapi tantangan abad 21. Inovasi STEM ini hadir untuk menjembatani kesenjangan antara kebutuhan abad 21 dan keterbatasan sistem pendidikan saat ini.

Kimia hijau atau dikenal dengan istilah Green chemistry adalah cabang ilmu kimia yang menekankan pada prinsip ramah lingkungan. Kimia hijau berfokus pada pengurangan limbah, penggunaan bahan kimia yang aman, efisiensi energi, serta penciptaan produk yang berkelanjutan. Bayangkan prinsip kimia hijau kita padukan dengan teknologi digital yang bisa dibawa pada ruang kelas? Tentunya, integrasi ini akan melahirkan pembelajaran kimia hijau menjadi lebih interaktif, efisien, dan meninggalkan pembelajaran mendalam pada siswa. Salah satu implementasinya adalah penggunaan Phet Simulation pada materi asam basa. Dengan menggunakan aplikasi ini siswa memahami konsep asam basa secara visual lalu mengaitkannya dengan kasus pencemaran sungai akibat limbah pabrik. Selain itu aplikasi ini juga menyediakan virtual laboratory yang memungkinkan eksperimen berbahaya dan mahal dapat dilakukan dengan aman, hemat biaya, dan berulang kali. Siswa juga bisa menyelami dunia molekuler, mengamati interaksi atom secara 3D, serta menyaksikan bagaimana suatu polutan memengaruhi lapisan ozon melalui teknologi AR/VR. IoT (Internet of Things) dapat digunakan untuk merancang sensor sederhana yang memantau kualitas udara atau air di lingkungan sekolah, sehingga siswa dapat menghubungkan data nyata dengan konsep kimia hijau. Tak kalah menarik, aplikasi interaktif berbasis game dapat dimanfaatkan seolah-olah siswa berperan sebagai “ilmuwan lingkungan” yang merancang solusi ramah lingkungan untuk masa depan yang berkelanjutan. Inovasi ini tak hanya membuat pembelajaran kimia menjadi menyenangkan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran ekologis.

Mari kita bayangkan sebuah skenario di kelas. Guru mengawali dengan simulasi digital asam basa menggunakan Phet Simulation. Siswa mengamati bagaimana perubahan pH yang terjadi saat limbah masuk ke perairan virtual. Siswa berpikir kritis dan melakukan diskusi: “bagaimana itu bisa terjadi? Apa dampaknya terhadap ikan dan manusia? Langkah berikutnya, siswa melakukan eksperimen virtual melalui virtual laboratory. Siswa melakukan eksperimen metode penjernihan air dari penggunaan karbon aktif, elektrolisis, hingga katalis ramah lingkungan. AR/VR kemudian membawa mereka untuk “menyelam” ke dalam molekul air untuk melihat bagaimana ion-ion polutan mengganggu kesetimbangan.

Sebagai proyek terakhir, siswa berkolaborasi menggunakan IoT untuk membuat sensor sederhana dalam mengukur kualitas air di lingkungan sekolah. Data dikumpulkan, dianalisis, lalu dipresentasikan dalam bentuk laporan ilmiah. Pada tahapan ini pembelajaran STEM hadir mulai dari sains, teknologi, engineering, hingga matematika semua terintegrasi dalam satu cerita sebagai penerapan konsep kimia hijau dalam menjaga pelestarian lingkungan. Pengalaman ini tak hanya memberikan pemahaman pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter siswa. Siswa belajar berpikir kritis, kreatif, kolaboratif sekaligus empati terhadap lingkungan. Disinilah pendidikan bermutu yang dimaksud, mengubah ilmu menjadi aksi nyata yang bisa diterapkan dalam kehidupan.

Mengapa Digital Green Chemistry begitu strategis? Karena inovasi ini mampu menciptakan pendidikan bermutu yang tidak hanya hafal secara teori, tetapi juga mampu menggunakannya untuk memecahkan masalah di kehidupan nyata. Selain itu, dengan terbiasa menggunakan teknologi digital, menganalisis data, serta mempunyai karakter peduli terhadap lingkungan melalui konsep kimia hijau, pembelajaran ini mampu menyiapkan siswa menghadapi tantangan abad 21 bahkan mereka siap menjadi problem solver untuk terwujudnya lingkungan yang berkelanjutan. Dengan begitu, bukan suatu hal mustahil, Digital Green Chemistry dapat berkontribusi besar untuk membawa Indonesia maju dengan generasinya yang cerdas, inovatif, serta berwawasan lingkungan. Siswa bukan hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga dapat menjadi pencipta solusi global.

Bayangkan jika pembelajaran kimia ini diterapkan di sekolah-sekolah. Dengan memadukan digitalisasi dan konsep kimia hijau, siswa bukan hanya belajar rumus asam basa, tetapi juga terlibat langsung dalam memantau kualitas air dan mencari solusi penjernihannya. Dengan cara ini, pendidikan juga hadir sebagai motor perubahan. Tentu saja, keberhasilan Digital Green Chemistry tidak hanya bertumpu pada peran siswa. Tetapi peran guru juga tak kalah penting. Guru bukan hanya sebagai pusat informasi siswa satu-satunya tetapi juga sebagai fasilitator yang memandu pengalaman belajar siswa untuk bereksperimen, berkolaborasi, dan berinovasi. Dukungan pemerintah juga dibutuhkan dalam hal penyediaan infrastruktur digital dan pelatihan bagi guru. Kolaborasi dengan industri pun juga bisa diterapkan untuk memberikan pengalaman nyata terhadap apa yang sudah mereka pelajari di dalam kelas dengan kebutuhan masa depan.

Digital Green Chemistry juga mendukung program SDGs (Sustainable Development Goals) yang berfokus pada pendidikan bermutu dan aksi iklim. Artinya, langkah kecil yang dilakukan di ruang kelas sesungguhnya dapat berkontribusi besar pada mimpi dunia untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan. Maka, Digital Green Chemistry adalah jawaban atas kebutuhan pendidikan Indonesia yang memadukan sains, teknologi, dan kepedulian lingkungan dalam satu kesatuan utuh. Dengan mengintegrasikan simulasi digital, laboratorium virtual, AR/VR, IoT, dan aplikasi interaktif, siswa tidak hanya memahami kimia, tetapi juga merasakan urgensi untuk menjaga bumi.

Jika pendidikan bermutu adalah tiket menuju masa depan, Digital Green Chemistry adalah transportasi cepat yang bisa membawa Indonesia sampai ke sana. Generasi muda yang lahir dari sistem ini akan siap menghadapi tantangan abad 21 dengan pemikiran yang kritis, kreatif, kolaboratif, melek digital, sekaligus melek lingkungan. Satu hal yang juga dibutuhkan adalah kolaborasi antara guru, sekolah, pemerintah, hingga orang tua sangat dibutuhkan agar inovasi ini bukan hanya sekedar rancangan belaka tetapi dapat menjadi kenyataan. Indonesia maju bukan lagi sekedar slogan, tetapi masa depan yang bisa kita wujudkan bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun