Ada satu hal yang menurut saya sangat menarik dari peristiwa ini: peran generasi muda Nepal, terutama Gen Z. Saat negara dalam kondisi darurat militer dan kacau, anak-anak muda di Nepal justru mengambil langkah mengejutkan: mereka menggunakan Discord sebagai ruang diskusi untuk memilih pemimpin sementara.
Bagi saya, ini bukti kecerdasan politik dan keberanian generasi muda Nepal. Mereka tidak hanya berani turun ke jalan, tetapi juga mampu mencari solusi alternatif dengan teknologi digital. Dunia dikejutkan karena di tengah represi, justru muncul kreativitas politik dari generasi muda. Ini pelajaran penting bagi kita: bahwa demokrasi sejati lahir dari partisipasi rakyat, khususnya kaum muda yang melek teknologi dan peduli masa depan bangsanya.
Apa yang Bisa Dilakukan?
1. Bagi Pemerintah Nepal (dan serupa): jangan tunggu darah tumpah baru mencabut kebijakan. Bangun mekanisme dialog rutin, perkuat transparansi, hukum pejabat yang korup, dan berikan keadilan bagi korban represi.
2. Bagi Aktivis dan Masyarakat: gunakan media sosial secara cerdas untuk membangun narasi positif. Perkuat kolaborasi dengan lembaga internasional, dan tingkatkan edukasi demokrasi agar protes tidak mudah dimanipulasi.
3. Bagi Indonesia: belajar dari Nepal. Dorong pemerintah lebih terbuka terhadap kritik, dorong partai politik untuk mengurangi nepotisme, dan jadikan suara rakyat sebagai fondasi, bukan ancaman.
Kasus Nepal menunjukkan satu hal penting: demokrasi bukan sekadar sistem, melainkan budaya mendengar dan berdialog. Ketika negara menutup telinga, rakyat akan bersuara dengan cara lain, bahkan dengan darah. Namun, dari tragedi ini kita juga belajar, bahwa generasi muda punya peran besar dalam menjaga dan memperbaiki demokrasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI