Kami pun sampai di Puncak Gunung Kuta dengan ketinggian 1050 MDPL pukul 10.05. Hebaaaat, ibu-ibu semuanya Hebaaaaaaat. Kami pun mengabadikan momen sebanyak mungkin, beristirahat, makan dan bercerita dan yup ada 1 moment berharga ketika Senyum dan Tawa Abang Askeri mulai terlihat jelas di atas Puncak Gunung Kuta, ekspresi itu yang di tunggu ‘selama ini’.
Kurang lebih 30 menit kami di puncak Gunung Kuta, pukul 10.30 kami pun bergegas turun menuju Persimpangan Curug Mariuk. Perjalanan turun menuju Curug Mariuk dari Pos Persimpangan memakan waktu kurang lebih 45 menit dengan vegetasi tertutup rapat dengan pepohonan kopi, rute yang cukup licin membuat langkah kami cukup kesulitan dalam menentukan pijakan mana yang harus kami injak. Berhubung Abang Askeri mengambil posisi paling belakang, saya pun meminta izin untuk berada di depan, sebagai navigator dan mengarahkan pijak mana yang aman, mengingat track menuju curug bervariasi mulai dari tanah merah, akar, kali sampai ke bebatuan.
Kami pun melewati jalan bebatuan yang cukup licin, saya menyarankan untuk sedikit berputar mengelilingi batu agar tidak tergelincir, sembari mengeluarkan candaan “jangan lewat batu, liciiiiin, muter aja dikit. Kalau gak percaya licin, coba aja hihihi” dan teman-teman pun mengikuti saran saya, namun tiba-tiba terdengar durian runtuh walaupun tidak ada pohon duren disana, ternyata Wanita Cimanggu dan orang Samaria abang askeri tergelincir, tergelincir karena MELEWATI BATU YANG SAYA LARANG TADI wkwkwkkw
Kurang lebih perjalanan 1 jam dari puncak Kuta, kami tiba di Curug Mariuk pukul 11.40, langsung setiap dari kita mengambil pose ternyamannya untuk bersitrahat, ada yang pesan makan, ada yang rebahan serta ada yang langsung nyebur ke curug.